Magelang, Jatengnews.id – Petani di Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, telah membudidayakan bit merah untuk memenuhi kebutuhan supermarket dan pasar modern.
Ketua Kelompok Tani Mutiara Organik, Eko Manunggal, mengatakan bahwa membudidayakan bit merah lebih menguntungkan dibanding jenis tanaman hortikultura lainnya.
“Perawatan tanaman relatif mudah, harga jual bit merah atau beetroot cenderung lebih stabil,” kata Eko dikutip, Jumat (11/04/2025).
Baca juga : Wisata Petik Buah, Gemati Kembangkan Melon Hidroponik
Harga jual bit merah di situs jual beli online saat ini berkisar Rp6.000 hingga Rp12.000 per kilogram. Eko mengatakan bahwa harga sayuran di pasar lokal fluktuatif, sehingga petani memilih menanam sayuran jenis nonlokal seperti bit merah, bayam Jepang, letucce romain, dan kale.
Sayuran hasil panen biasanya dijual melalui perusahaan penyuplai kebutuhan supermarket di Malang dan Surabaya. Kelompok Tani Mutiara Organik juga meluaskan jaringan pemasaran hingga ke Sumatera.
“Pasar kami untuk jenis sayuran yang bukan mass market (pasar massal). Istilahnya produk premium. Harga jual jenis sayuran premium ini lebih mahal,” terangnya.
Eko mengatakan bahwa perawatan sayuran jenis nonlokal lebih mudah dan masa panen lebih pendek dibanding sayuran pada umumnya. “Kelebihannya tanaman ini umurnya pendek, jadi perputarannya (panen) cepat,” ujar Eko.
Setiap hari rata-rata Kelompok Tani Mutiara Organik mengirim 200 kilogram sayuran ke perusahaan penyuplai supermarket. Pengiriman tidak dilakukan dalam jumlah besar untuk menjaga kesegaran sayuran setiap hari.
Menjaga kualitas hasil panen menjadi faktor kunci untuk bertahan dalam mata rantai pemasaran produk pertanian premium. Supermarket biasanya menetapkan grade sayuran sesuai kebutuhan pasar.
Kelompok Tani Mutiara Organik saat ini menerapkan sistem tani plasma kepada para anggota. Petani anggota wajib menerapkan metode tanam yang seragam, sehingga mendapat hasil panen sesuai standar pasar.
Kepala Desa Sumberejo, Subandi, menjelaskan bahwa hasil panen bit merah juga dikembangkan menjadi produk olahan minuman. Bekerja sama dengan Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, bit merah diolah menjadi teh celup.
Baca juga : Berawal dari Ayam Tetangga, Abdul Romad Berhasil Budidaya Kelengkeng
Subandi berharap pemerintah bisa membantu membuka jalur pemasaran bit merah hingga menjangkau pasar yang lebih luas. “Potensi budidaya bit merah di desa kami masih sangat besar,” kata dia. (03)