Semarang, Jatengnews.id – Sejak 18 tahun berlalu, Aksi Kamisan telah menjadi semacam rutinan wajib bagi para aktivis yang memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM).
Aksi Kamisan ini, sebenarnya sebagai bentuk keprihatinan yang dilakukan oleh para kelompok anak muda seperti mahasiswa yang bergabung menyuarakan HAM.
Seperti di Kota Semarang, Aksi Kamisan sudah ada sejak tahun 2018 dimana waktu itu negara masih dipimpin oleh Presiden RI Joko Widodo.
Baca juga: Video Aksi Kamisan Kembali Demo Polda Jateng
Jika melihat jumlahnya, memang tidak selalu membawa massa yang besar, bahkan sering hanya membawa belas hingga puluhan massa saja dalam aksi rutinnya.
“Kamisan hari ini alhamdulillah kita masih tetap berjalan soalnya kemudian tidak seramai perayaan tahun lalu (17 tahun Aksi Kamisan) saya kira itu menjadi soal. Karena memang Kamisan yang diperlukan yaitu konsistensi dan keberlanjutan setiap hari Kamis kita melakukan protes terus menerus,” ungkap Ketua Aksi Kamisan Semarang, Fathul Munif, Kamis (16/1/2025).
Sebagai aktivis, dirinya mengaku tidak ingin terus-terusan merasakan penindasan atau bosan dengan pelanggaran-pelanggaran HAM.
Baru-baru ini terjadi aksi brutalisme aparat baik dari Polisi maupun TNI, tercatat ada kasus Gamma korban tembak mati Polisi, Darso warga dianiaya Polisi sampai tewas, hingga warga yang ditusuk anggota TNI.
“Kami ambil tema ’18 tahun Aksi Kamisan, kami lelah dengan kekerasan’. Itu muncul ketika kita diberi informasi secara bertubi-tubi brutalitas aparat kepolisian yang terjadi di Semarang,” ungkapnya dalam demo di Mapolda Jateng.
Munif membayangkan, jika suatu hari mereka bisa hidup tenang dan tidak perlu menyuarakan aksi-aksi kemanusian karena aparat bergerak sesuai koridornya yakni mengayomi rakyat.
Meskipun dirinya sadar bahwa brutalitas aparat lebih besar dari kekuatan aktivis yang memperjuangkan, dirinya tetap bermimpi sosok Polisi Hoegeng Iman Santoso spiritnya bisa bangkit kembali.
“Kita ingin Aksi Kamisan ini bisa selesai dan berhenti. Karena dengan itu artinya kita sudah mencapai satu kondisi ideal dan impunitas tidak terjadi lagi,” mimpinya.
Namun, lamunannya disadarkan dengan realita dimana aksi kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan masih terus terjadi.
“Negara hari ini gak pernah berbenah untuk memperbaiki atau mengevaluasi atau memberikan sanksi yang tegas pada oknum di aparat keamanan. Ini yang menjadi renungan kami Aksi Kamisan,” tegasnya.
Tak henti-hentinya bermimpi, Munif juga merasakan adanya pergeseran paradigma dimana polisi yang seharusnya berprofesi sebagai pengabdian, kini malah menjadi satu profesi komersil.
Ia menyinggung kasus proses masuk ke dalam institusi ini, seringkali terjadi praktik-praktik kenakalan seperti masuk harus menggunakan uang yang dinilai sudah menjadi rahasia umum.
Baru-baru ini, tercatat ada kasus calo masuk Bintara yang dilakukan oleh oknum anggota Polres Pemalang, menjadi raport merah institusi kepolisian.
Hal ini lah, yang dimaksudkan oleh munif dimana terjadi pergeseran paradigma kepolisian sebagai satu bentuk pengabdian.
“Dengan budaya seperti itu akan mencetak polisi yang memanfaatkan polisi untuk mengembalikan modal yang dikeluarkan,” ujarnya.
Melihat kondisi yang memprihatinkan ini, menurutnya memang perlu adanya reformasi besar-besaran atau upaya bersih-bersih.
Bercerita Aksi dan Lobi Uang
Akhir-akhir ini, Aksi Kamisan Semarang berpindah titik lokasi demonstrasinya yang sebelumnya di depan Kantor Gubernur Jateng, kini pindah depan Mapolda Jateng, Jalan Pemuda.
Munif menceritakan bahwa pindahnya aksi ini, berangkat dari isu Gamma yang menjadi korban tembak mati Polisi Aipda Robig Zaenudin.
“Pasca aksi Gamma yang besar, kemudian kita ber kamis-kamis melakukan Aksi Kamisan di sini (depan Mapolda Jateng),” katanya awal mula aksi rutin di depan Polda Jateng sejak Kamis (28/11/2024).
Bukannya mendapat respon yang baik, seperti ditemui oleh Pimpinan Polda Jateng atau wakilnya, mereka mengaku malah mendapat tawaran untuk berpindah lokasi aksi.
Maksudnya, para massa Aksi Kamisan ini ditawari sejumlah uang, supaya berpindah dari depan Polda Jateng. “Kepolisian mulai terganggu dengan aksi Kamisan yang awalnya di Gubernuran bergeser ke Polda,” cecarnya.
Tawaran tersebut, kabarnya muncul dari pihak-pihak Kepolisian melalui jalur belakang atau lobi memberikan tawaran uang supaya demo berpindah.
Upaya tersebut, dikabarkan dilakukan melalui pihak-pihak yang berinteraksi dengan Aksi Kamisan atau tidak terang-terangan bertemu langsung dengan mereka.
“Mereka ngomong berapapun yang diminta akan dikasih. Sayangnya mereka tidak mengerti bahwa Aksi Kamisan bukan segerombolan pemuda yang aksi untuk amplop,” tegasnya.
Hitungannya, sudah hampir dua bulan Aksi Kamisan mulai rutin berorasi di depan Mapolda Jateng. “Sejak bulan November 2024, Sekitar 8 kali. (Sampai kapan?) Sampai Gamma memperoleh keadilan, itu jangka pendeknya (aksi rutin di depan Mapolda Jateng),” tandasnya.
Sementara, Jatengnews.id tengah berupaya menghubungi pihak Kabidhumas Polda Jateng, perihal tawaran uang tersebut.
Baca juga : Aksi Kamisan dan Suporter Kompak Demo Polisi Soalkan Penembakan Gamma
Hingga berita ini ditayangkan, Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto belum juga memberikan jawaban. (Kamal-03)