Semarang, Jatengnews.id — Di tengah tingginya biaya hidup di Kota Semarang, warga di Bulustalan, Kecamatan Semarang Selatan, hadir dengan sebuah solusi bernuansa sosial.
Di depan sebuah kafe di Jalan Basudewa, berdiri sebuah warung makan yang diberi nama “Sarapan Lima Ribu.” Sesuai namanya, warung ini menyediakan paket sarapan murah seharga Rp 5.000 per bungkus, khusus untuk masyarakat menengah ke bawah.
Warung “Sarapan Lima Ribu” hanya buka pada pagi hari, menarik pelanggan yang mulai berdatangan sekitar pukul 06.00 WIB. Setiap minggunya, warung ini buka pada hari Senin, Rabu, dan Jumat.
Baca juga: Rumah Singgah Griya Welas Asih, Pelukan Hangat untuk Remaja Korban Pergaulan Bebas
“Kita bukanya tidak setiap hari, hanya di hari-hari tersebut,” ujar Dhani Hernawan (50), salah satu inisiator warung, saat ditemui di rumahnya yang tak jauh dari lokasi.
Warung ini menyediakan sarapan dengan konsep unik, di mana pelanggan yang makan di lokasi bebas mengambil nasi dan menikmati minuman teh atau air putih. Lokasi warung yang dekat dengan bantaran Sungai Banjir Kanal Barat juga menambah suasana nyaman bagi para pengunjung.
Pagi itu, terlihat ratusan pelanggan dari berbagai kalangan yang menikmati menu sarapan sederhana namun bergizi yang disediakan. Pengunjungnya berasal dari beragam latar belakang, mulai dari pengumpul rongsok, buruh harian lepas, hingga siswa dan mahasiswa. Beberapa bahkan terlihat mengenakan seragam tenaga kesehatan (nakes).
Warung ini tidak hanya menarik perhatian karena harga murah, tetapi juga konsepnya yang bersifat subsidi atau sedekah. Setiap hari, warung menyediakan sekitar 250 porsi makanan dengan menu yang berganti-ganti, seperti tempe penyet, sayur sawi, ikan asin, dan kerupuk. Meski satu porsi dibanderol Rp 5.000, Dhani juga menyediakan sekitar 100 porsi gratis bagi pelanggan yang masuk kategori “VIP,” yaitu orang-orang yang benar-benar membutuhkan.
“Buka itu biasanya jam lima sudah siap, nanti jam 7 atau 8 biasanya sudah habis,” jelas Dhani yang juga menjabat sebagai Ketua RT 03/RW IV Kelurahan Bulustalan.
Dhani menambahkan, konsep “Sarapan Lima Ribu” ini memang sejak awal diniatkan untuk sedekah.
“Awalnya, warga membeli makanan dari warung seharga Rp 10.000 lalu dijual kembali seharga Rp 5.000. Kemudian, kami mulai memasak sendiri karena ada warga yang memang suka memasak,” paparnya tentang awal mula berdirinya warung ini pada Mei 2023.
Inisiatif ini awalnya dimulai oleh tim inti “Sarapan Lima Ribu” dan lambat laun mendapat dukungan dari warga sekitar.
“Modal awal dari warga, sekarang donasi sudah mulai ada. Pokoknya ngalir aja. Alhamdulillah ada transferan masuk,” lanjut Dhani.
Tak hanya lewat transfer, beberapa pembeli juga kerap menyisihkan uang lebih sebagai donasi.
Keberadaan warung murah ini mendapat sambutan positif dari warga Semarang, khususnya dari masyarakat dengan pendapatan menengah ke bawah. Abdul Muiz (53), warga Kembang Sari, Semarang Tengah, mengaku terbantu dengan adanya “Sarapan Lima Ribu.”
“Dengan adanya rumah makan lima ribu ini, masyarakat sangat terbantu. Ekonomi sekarang ini melemah, jadi sangat membantu masyarakat kecil,” ungkapnya saat ditemui usai menikmati sarapan di sana.
Menurut Muiz, lokasi warung yang strategis karena dekat dengan jalan raya dan bantaran sungai juga menjadi daya tarik tersendiri.
Baca juga: Sejarah Hotel Dibya Puri Semarang, Kesaksian Pegawai Terakhir di Tengah Kebangkitan dan Kejatuhan
“Paling ramai itu hari Senin dan Rabu. Kalau hari Jumat, biasanya banyak acara sedekah, jadi masyarakat agak menyebar,” tambahnya.
Muiz yang rutin datang ke warung ini, biasanya datang setelah mengikuti kajian subuh di salah satu masjid dekat lokasi. “Kadang seminggu sekali, kadang dua minggu sekali,” ungkapnya.
Muiz berharap, “Sarapan Lima Ribu” bisa terus berjalan agar semakin banyak warga yang terbantu. “Ini kan subsidi sedekah, ya. Kalau harga lima ribu, sebenarnya tidak cukup untuk makan seperti ini,” tutupnya penuh harap.(kamal-02)