Kendal, JatengNews.id – Verry Khoerul Mizan berhasil menjadi yang terbaik dalam anugerah Kendal Lakon Award (KLA) 2024 yang berlangsung Minggu, 27 Oktober 2024.
Verry Khoerul Mizan berhasil menjadi yang terbaik dalam anugerah Kendal Lakon Award melalui naskah lakon yang berjudul “Manitis.”
Atas capaian ini, Verry yang berasal dari Desa Genting Kecamatan Sukorejo Kendal berhak membawa pulang seekor kambing betina peranakan Etawa sebagai hadiah juara 1.
Capaian Verry diumumkan oleh Perwakilan Dewan Juri pada Penganugerahan KLA 2024, Minggu sore, yang diselenggarakan di Halaman Perpustakaan Daerah Kabupaten Kendal Karang Sari Kendal.
Baca juga: Kendal Lakon Award 2024 Berhadiah Kambing Etawa Digelar, Yuk Cek Pendaftarannya!
Verry yang sehari-hari mengelola kebun hidroponik strawberry ini tak menyangka, naskah dengan kritik sosial itu menarik dewan juri. Ia mengaku, sudah cukup lama tak aktif dalam penulisan naskah lakon.
“Sekali lagi terima kasih buat penyelenggara KLA 2024, berkat menulis naskah lakon, saya bisa bawa pulang kambing Etawa, “kata eks Teater Gema UPGRIS ini dengan senyum merekah usai penganugerahan.
Menurut Lulusan Jurusan Biologi Fakultas MIPA UPGRIS ini hadiah kambing ini akan dia budidayakan. Mengingat dia juga saat ini sudah punya piaraan kambing di rumahnya. “Hadiah kambing betina ini seolah menjadi “pesan” bagi Tuhan agar saya terus tumbuh-berkarya,” tuturnya.
Selengkapnya, daftar juara dan harapan KLA 2024, yakni: Juara 1: Verry Khoerul Mizan asal Sukorejo dengan naskah “Manitis” (nilai 1.268); Juara 2: Khalyun Dwi Kusumaningrum asal Kebondalem dengan naskah “Kyai Akrobudin (nilai: 1.245); dan Juara 3: Hashinta Della Prihariyani asal Kaliwungu Selatan dengan naskah “Weton” (nilai: 1.189). Sementara, Naskah yang mendapat Apresiasi Dewan Juri I: Yozar Firdaus Amrullah dengan lakon Wira Nusantara (nilai: 1.182) dan Naskah Apresiasi Dewan Juri II: Muhammad Syarif Arifin dengan lakon “Tenaga Kerja Wanita” (nilai: 1.136).
Para pemenang masing-masing mendapatkan apresiasi: Juara I: seekor kambing betina peranakan etawa, plakat, piagam penghargaan, paket buku, dan paket kain; Juara II: seekor cempe (anak kambing), plakat, piagam penghargaan, paket buku, dan paket kain; dan Juara III: sepasang ayam, plakat, piagam penghargaan, paket buku, dan paket kain. Dua naskah yang mendapat Apresiasi Dewan Juri, mendapatkan seekor bebek, plakat, piagam penghargaan, paket buku, dan paket kain.
Karya Verry berhasil mengungguli 9 peserta lain yang berasal dari berbagai kecamatan di Kendal. Kesembilan peserta yakni, Hashinta Della Prihariyani (Kaliwungu Selatan), Dewi Azzahroh (Brangsong), Yozar Firdaus Amrullah (Cepiring), Wahyu Indah Puji Lestari (Kangkung), Fina Lanahdiana (Cepiring), Khaltun Dwi Kusumaningrum (Kebondalem), Akhmad Yakup (Kangkung), Muhammad Syarif Arifin (Kaliwungu), dan Naely Kharin Aeny (Singorojo).
Dewan juri dalam sayembara ini terdiri dari: Rudi Iteng (pegiat teater/guru), Mahmud Elqadri (pegiat teater/perupa/penyair), dan Ahmad Sofyan Hadi (sutradara/pegiat teater).
Rudi Iteng, mewakili Dewan Juri, menyatakan, pihknya mengapresiasi 13 naskah karya para peserta. Terlepas dari masih adanya kelemahan di sana sini, ia berharap, ke depan, mereka tetap berkarya. “Kami berharap, ini bukan yang terakhir. Setelah sayembara ini terus berkarya dan muncul naskah lakon selanjutnya,” ujar juri asal Tegal ini .
KLA 2024 diselenggarakan secara gotong royong oleh Komunitas Lerengmedini (KLM) Boja, Sangkar Arah Pustaka Kangkung, Pelataran Sastra Kaliwungu (PSK) Kaliwungu, dan Jarak Dekat Art Production Kangkung.
Acara penganugerahan KLA 2024 juga diisi dengan pembacaan petilan naskah lakon peserta sayembara, baca puisi, dan monolog. Monolog Gadjah Mada oleh Hatta Lovanazetta Kaisar dan baca puisi oleh M Lukluk Atsmara Anjaina.
Ketua Panitia KLA 2024, Noey Sindhu Praba, mengatakan, gelaran ini memasuki tahun ketiga selepas Kendal Novel Award 2022 dan Kendal Puisi Award 2023. Upaya ini merupakan salah satu jalan ‘merawat’ yang dikerjakan oleh beberapa komunitas dan siapa saja yang berkenan turut terlibat.
Lomba ini bertujuan untuk menciptakan ruang kreativitas bagi pelaku sastra khususnya penulis naskah lakon. Kita ketahui, di Kabupaten Kendal banyak pelaku, aktivis, hingga kelompok teater. Namun, masih minim naskah lakon/drama bertema lokalitas Kendal.
“Untuk itu, melalui lomba ini, harapannya, semakin memperkaya naskah lakon bertema Kendal sekaligus memotivasi para penulis naskah untuk terus berkarya,” ujar pegiat teater Atmosfer Kendal ini.
Baca juga: SMP Stella Matutina Juarai Lomba Band di Acara Lokakarya dan Pameran SMP Se-Kota Salatiga
Menurut Sindhu, gelaran tahun ini memasuki tahun ketiga selepas Kendal Novel Award 2022 dan Kendal Puisi Award 2023. Tentu setiap tahun kami berbenah di sana-sini, sambil tentunya kami membuka lebar bagi siapa saja yang ingin terlibat, jadi tidak hanya sebagai peserta saja, kelak siapa pun akan turut mewarisi pekerjaan yang disengkuyung bersama ini.
Sindhu mengungkapkan, pada tahun ini didapati 10 peserta (penulis) yang mengirimkan naskah lakonnya dalam KLA 2024. Ada 2 peserta yang mengirim lebih dari 1 lakon, yakni mengirim 3 lakon dan satunya mengirim 2 lakon. Asal Peserta/Sebaran Peserta dari Berbagai Kecamatan di Kendal yakni Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Brangsong, Kecamatan Cepiring, Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Kangkung, Kecamatan Kota Kendal, dan Kecamatan Singorojo.
Menurut Sindhu, sayembara menulis naskah lakon terbuka untuk warga atau berdomisili di Kabupaten Kendal. Tema dalam lomba ini, merujuk/bersumber pada: pertama, lokalitas sosial-budaya di Kabupaten Kendal; kedua, legenda, sastra lisan, mitos, dan artefak Kendal; dan ketiga, peristiwa sejarah, tragedi kemanusiaan yang pernah terjadi di Kendal.
KLA 2024 ini merupakan hajatan gotong royong sastra ketiga yang digelar dengan melibatkan sejumlah komunitas dan individu yang peduli dengan kehidupan seni di Kendal. Sebelumnya, tahun 2022 telah digelar sayembara novel, dan tahun 2023, sayembara manuskrip puisi. Direncanakan, tahun depan adalah sayembara penulisan cerita pendek (cerpen) bertajuk Kendal Cerpen Award 2025.
Meningkatkan Ekosistem Kesenian
Sementara itu, Heri Condro Santoso, salah satu penggagas yang juga pegiat KLM Boja menambahkan, meminjam istilah dalam sistem ekologis–gelaran ini semakin meningkatkan ekosistem kreatif di Kendal, khususnya di bidang seni. Mengingat, sejauh ini, belum terlalu banyak—atau malah bisa dikatakan tidak ada lomba sastra untuk masyarakat umum oleh pihak swasta di bidang seni di wilayah Kendal.
“Artinya, terlepas dari bahwa peserta lomba belum begitu banyak, tapi setidaknya ini semakin menggairahkan semangat proses kreatif dan ekosistem bagi para penulis,” ujar Heri yang juga pengelola Perpustakaan Ajar.
Baca juga: ARTOTEL Gajahmada Semarang Tampak Estetik dengan Karya-Karya Lukisan Bu Menteri
Menurut Heri, ekosistem yang sehat itu antara lain ditandai dengan: adanya ruang bagi penulis/seniman untuk terus tumbuh berekspresi dan berkarya dengan nyaman; adanya lembaga/ komunitas penerbitan yang memproduksi buku dengan genre dan tema beragam; adanya ruang saling sapa antarpenulis/ komunitas/seniman dengan spirit asah-asih-asuh; adanya masyarakat sebagai penikmat sebagai “pasar”; dan infrastruktur penunjang termasuk pemangku kebijakan dari pemerintah maupun swasta.
Dalam konteks menciptakan iklim bersastra, sastrawan/penggiat seyogianya turut berkontribusi menjaga semangat melahirkan penulis-penulis baru. Ini sebagai bagian dari regenerasi penulis.
Pembaca dan calon pembaca juga perlu dibina lewat gerakan literasi. Karena mereka ibarat “pasar”. Pasar penikmat, pembaca, dan pembeli karya.
“Aspek lain yang juga tak kalah penting adalah hadirnya sosok-sosok yang peduli akan pentingnya sastra bagi peradaban. Orang-orang termasuk para pegiat, seniman, donatur, atau siapapun yang berkontribusi pada kegiatan semacam ini ibarat “maesenas” di tengah belum hadirnya negara secara penuh,” tutur penerima SATU Indonesia Awards 2011 ini.
Menurut Heri, cita-cita ini tentunya bukan sesuatu yang mudah. “Namun saya optimistis, tumbuhnya ekosistem kepenulisan dan berkesenian yang sehat di Kendal, bukan sesuatu yang utopis,” tandasnya.
Inspirasi Hadiah Hewan Ternak
Pertimbangan jenis hadiah untuk para pemenang ini pun tidak main-main dan sembarangan. Penyelenggara punya alasan “kreatif” untuk menyerahkan hadiah yang “tak biasa”.
Salah satu inisiator KLA, Sigit Susanto, mengatakan, hadiah ini terinspirasi dari cerita fabel, novelet “Die Verwandlung (Metamorfosis)” karya Franz Kafka dan novel “Animal Farm” karya George Orwell.
Kafka mengangkat tema fabel karena meyakini hubungan antarmanusia semakin terpenjarakan. Satu sama yang lain tidak saling mendekat, sebaliknya justru menjauh. Untuk itu manusia ada kerinduan berdekatan dengan binatang.
Jika Kafka mengubah tokoh Gregor Samsa menjadi kecoak raksasa, sebaliknya Orwell membuat cerita hewan peliharaan yang berbicara satu sama lain, bahkan berontak kepada pemiliknya (manusia).
“Berangkat dari dua cerita fiksi sastrawan dunia itu, kami tak hanya menyukai cerita fabel, tapi ingin binatang itu hadir secara riil sebagai kenang-kenangan para pemenang,” jelas Sigit, salah satu penggagas KLA.
Baca juga: Yuk Ramaikan PLN Journalist Award 2024, Kirimkan Karya Jurnalistik Terbaikmu!
Ia berharap, tradisi memberikan hadiah berupa binatang terus berlanjut dan ke depan akan lahir banyak cerita fabel, mencintai alam sekitar termasuk binatangnya,” tandasnya.
Apresiasi atau hadiah, menurut Sigit, tidak harus uang berjumlah besar seperti sayembara menulis yang digelar institusi Pemerintah ataupun swasta.
Terlebih lagi, Kendal merupakan wilayah tropis dan kaya dengan alam pertanian yang luas, sehingga hewan peliharaan ini tak kekurangan pakan.
“Sastra tidak harus dimaknai sebagai sebuah yang mewah dan mahal, bisa pula dengan memanfaatkan hewan peliharaan di sekitar kita. Ini juga sebagai upaya keseimbangan alam disaat persoalan lingkungan yang makin mengkhawatirkan,” ujarnya. (01)