
Demak, Jatengnews.id – Bupati Demak Eisti’anah menyerahkan kunci Rumah Apung dan Rumah Amfibi sebagai solusi mengatasi rob, Rabu 16 April 2025.
Sebelum penyerahan kunci rumah, Bupati Demak Esti sapaan akrabnya secara langsung meninjau lokasi pembangunan rumah apung di Desa Timbulsloko serta Rumah Amfibi di Desa Surodadi, Kecamatan Sayung.
Bupati Demak Esti mengatakan, bahwa kegiatan monitoring ini merupakan bagian dari evaluasi terhadap efektivitas program hunian adaptif yang diusung Pemkab bersama berbagai pihak, mulai dari Yayasan SHEEP Indonesia (YSI), Universitas Katolik Soegijapranata (Unika), hingga dukungan dari masyarakat lokal.
Baca juga: Bupati Demak Optimistis Hasil Retreat Jadi Perubahan Positif untuk Demak
“Rumah apung dan Rumah Amfibi adalah bukti bahwa kita tidak diam menghadapi perubahan iklim. Ini adalah bentuk keberpihakan kami kepada warga pesisir yang selama ini menjadi kelompok paling rentan,” ujar Bupati Eisti’anah, Rabu (16/4/2025).
Bupati juga menekankan pentingnya sinergi lintas sektor. Menurutnya, program ini hanya akan sukses jika pemerintah, masyarakat, akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat berjalan beriringan.
Plt. Kepala Dinperkim Kabupaten Demak, Nanang Tasunar David Narutomo, menjelaskan bahwa hunian adaptif ini dirancang khusus untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang tinggal di kawasan rawan rob.
“Targetnya bukan hanya tempat tinggal yang aman, tapi juga peningkatan kualitas hidup secara menyeluruh,” tegasnya.
Dibangun dengan sistem gotong royong, rumah amfibi di Surodadi memiliki biaya Rp146,19 juta per unit. APBD Kabupaten Demak menyumbang sebagian dana melalui program bantuan rumah korban bencana, sementara Yayasan SHEEP dan Unika Soegijapranata memberikan dukungan teknis, pelatihan tenaga lokal, serta supervisi lapangan.
Material bangunan kini lebih kuat dan modern dengan penggunaan baja ringan, sanitasi berbasis teknologi bioball, serta sistem penyediaan air bersih dari sumber artesis.
Baca juga: Bupati Demak Tekankan Pembangunan dan Kedisiplinan ASN
“Adaptasi bukan hanya pada fisik bangunan, tapi juga cara hidup. Melalui pelatihan dan pendampingan, warga diajak menjadi bagian aktif dalam perubahan,” terang Bambang dari Unika Soegijapranata.
Yayasan SHEEP Indonesia, Tri Silvanto menambahkan bahwa sinergi antara pemerintah, LSM, dan akademisi merupakan kunci keberhasilan program ini.
“Rumah apung ini menjadi simbol semangat kolaboratif dalam menghadapi perubahan iklim,” pungkasnya. (Sam-01).