Semarang, Jatengnews.id – Provinsi Jawa Tengah mengalami inflasi sebesar 1,43% (mtm) pada Maret 2025, lebih rendah dari angka inflasi nasional yang mencapai 1,65% (mtm).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra menjelaskan secara spasial, seluruh kota pantauan inflasi di Jawa Tengah mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi berlangsung di Kabupaten Wonosobo sebesar 1,69% (mtm).
Baca juga : Pasca Nataru Tekanan Inflasi Jateng Menurun
“Peningkatan inflasi pada periode laporan terutama dipengaruhi oleh tekanan inflasi pada Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga (andil: 0,84%; mtm) yang disebabkan oleh berakhirnya diskon 50% kepada pelanggan prabayar kategori rumah tangga PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dengan daya dibawah 2.200 VA pada bulan Februari 2025,” katanya dikutip, Kamis (10/04/2025).
Inflasi juga disebabkan oleh tekanan inflasi pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil sebesar 0,46% (mtm) seiring dengan peningkatan permintaan menjelang HBKN Idul Fitri 1446 H.
Tekanan inflasi tertinggi bersumber dari komoditas bawang merah (andil: 0,17%; mtm) yang disebabkan oleh penurunan pasokan pasca banjir di sebagian wilayah Pantura, Brebes, Kendal, dan Grobogan pada Februari dan Maret 2025.
Di sisi lain, terjadi penurunan harga tarif angkutan udara (andil: -0,02%; mtm) dan tarif kereta api (andil: -0,01%; mtm) yang disebabkan oleh pemberian diskon tiket pesawat domestik kelas ekonomi dan diskon tarif kereta api.
Baca juga : Inflasi Jateng Oktober 2024, Kenaikan Harga Makanan Pendorong Utama
“Ke depan, Bank Indonesia bersama dengan para pemangku kepentingan di daerah yang tergabung dalam Forum TPID Provinsi Jawa Tengah akan terus berkoordinasi dan bekerja sama melaksanakan berbagai program pengendalian inflasi untuk menjaga inflasi berada pada rentang sasaran 2,5±1%,” imbuhnya. (03)