Kendal, Jatengnews.id – Pemerintah Desa Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal menggelar Kirab Budaya Merti Desa Boja Kabupaten Kendal dan Syawalan 1446 Hijriah, Minggu 6 April 2025.
Kirab budaya di Boja Kendal ini diikuti seluruh masyarakat Boja mulai dari sekolah, instansi pemerintahan, perangkat desa, serta para warga yang ikut dalam kirab tersebut. Sehingga tampak meriah.
Pawai kirab budaya dimulai pukul 15.00 WIB. Meski turun hujan deras namun antusias peserta dan warga sangat tinggi.
Baca juga: Melihat Lebih Dekat Tradisi Syawalan di Kaliwungu Kendal
Dari pantauan wartawan Jatengnews.id di lokasi, Kirab Budaya start dari Lapangan Ngadibolo Boja menuju arah Pasar Boja, lanjut ke Alun – Alun Boja, kemudian finish di makam Nyai Pandansari atau yang lebih dikenal dengan Nyai Dapu. Nyai Dapu merupakan sosok penyebar agama islam di Boja.

Untuk mengenang perjuangan Nyai Dapu, dalam kirab tersebut juga menghadirkan sosok Nyai Dapu yang diperankan salah seorang warga desa setempat. Selain itu juga ada persembahan tarian yang menceritakan tentang sosok Nyai Dapu yang dibawakan oleh penari dari sanggar Nyai Pandansari Boja.
Setelah kirab sampai di makam Nyai Dapu acara dilanjutkan dengan doa bersama bersama para tamu undangan.
Adapun tamu undangan yang hadir yakni Bupati Kendal Dyah Kartika Permanasari, Anggota DPRD Kabupaten Kendal fraksi PDIP Tri Purnomo, Anggota DPRD Kabupaten Kendal fraksi golkar Mora Sandy, Kepala Disporapar Kendal Achmad Ircham Chalid, jajaran Polsek Boja, jajaran Danramil Boja, Camat Boja, Camat Limbangan, Camat Singorojo, Seluruh Kades Di Boja, serta dari Forkompimcam.
Bupati Kendal Dyah Kartika dalam sambutannya mengatakan, sangat mengapresiasi dari kegiatan kirab budaya merti desa dan syawalan di Boja. Karena tradisi ini sudah berlangsung puluhan tahun dan harus dilestarikan.
Dan di Kecamatan Boja tradisi syawalan dan merti desa ini termasuk paling meriah. Tradisi ini merupakan suatu penghargaan kepada leluhur kita dan harus tetap dijaga dan dilestarikan. Selain itu juga untuk silahturrahmi antar masyarakat Boja khususnya.
“Tradisi merti Desa dan syawalan di Boja ini paling meriah dan sudah berlangsung sejak tahun – tahun lalu. Kirab budaya Nyai Pandansari atau Nyai Dapu ini sebagai penghargaan kepada leluhur kita dan harus tetap dilestarikan supaya generasi penerus kita tetap nguri – nguri budaya kearifan lokal di Boja ini. Selain itu sebagai ajang silaturahmi antar warga Boja dan untuk meningkatkan kebersamaan serta memperkuat hubungan sosial antar warga,” jelasnya
Bupati Kendal menambahkan Merti Desa Boja pada hakikatnya merupakan simbol rasa syukur masyarakat atas segala nikmat yang telah sudah kita dapatkan hingga saat ini dari allah swt. Merti desa dan syawalan di Boja tahun ini mengambil tema Merajut Tradisi Mewujudkan wisata religi nyai pandansari.
Tiap Tahun
Sementara itu Kades Boja Rofiq Anwar menyampaikan, serangkaian acara dari merti desa dan syawalan dimulai dengan tasyakuran, kirab budaya Nyai Pandansari atau Nyai Dapu, pertunjukkan wayang kulit, ada juga pentas kesenian kuda lumping, serta kegiatan riuh raya Boja yang digagas oleh pemuda Boja.
Ia menambahkan, kegiatan ini dilakukan setiap tahun dimulai seminggu setelah hari lebaran.
“Harapan kami semoga tahun kedepan animo warga Boja dan sekitarnya lebih tinggi lagi serta lebih baik lagi,” ujarnya.
Baca juga: Melihat Lebih Dekat Tradisi Syawalan di Kaliwungu Kendal
Rangkaian acara dimulai dengan tasyakuran, kemudian menggelar kirab budaya Nyai Pandansari yang merupakan tokoh syiar agama Islam di Boja, terus ada pertunjukkan wayang kulit, kemudian pentas kesenian kuda lumping, ada juga kegiatan riuh raya boja yang digagas oleh pemuda boja di jalan veteran.
Untuk gunungan hasil bumi kita ada 5 gunungan yang akan diperebutkan masyarakat Boja dan ini merupakan bentuk simbol keberkahan warga Desa Boja karena mayoritas penduduk sebagai petani.
“Riuh Raya Boja ini adalah diinisiasi pemuda Boja untuk mendongkrak UMKM dan ada juga penampilan band lokal Boja,” jelasnya. (Arif-01).