29 C
Semarang
, 13 March 2025
spot_img

Nelayan Perempuan Demak Suarakan Perlindungan dan Pemberdayaan

Demak, Jatengnews.id – Berbagai organisasi perempuan nelayan menggelar Rembuk Pesisir: Nelayan Perempuan Nelayan Demak di Dukuh Tambakpolo, Desa Purworejo Kabupaten Demak, Kamis (13/3/2025).

Acara ini diinisiasi oleh Komunitas Perempuan Nelayan Puspita Bahari Demak, Persaudaraan Perempuan Nelayan Indonesia (PPNI), dan Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA).

Baca juga : Kronologi 2 Nelayan Bapak dan Anak Hilang di Perairan Wedung Demak Saat Cari Ikan

Ketua Komunitas Perempuan Nelayan Puspita Bahari, Masnuah, mengungkapkan bahwa perubahan iklim semakin berdampak pada kehidupan perempuan nelayan. Salah satu temuan dalam rembuk pesisir ini adalah semakin sulitnya perempuan nelayan melaut akibat cuaca ekstrem.

“Ada masa di mana mereka benar-benar terpuruk, tidak bisa melaut sama sekali, atau tidak mendapatkan hasil tangkapan sama sekali,” ujar Masnuah.

Fenomena alam seperti gelombang tinggi juga memberikan dampak psikologis yang besar bagi perempuan nelayan.

“Kemarin mereka merasakan ombak yang begitu keras hingga menimbulkan rasa takut luar biasa. Ini menunjukkan betapa besar dampak yang dirasakan perempuan nelayan akibat krisis iklim,” tambahnya.

Dalam forum ini, para peserta mendesak pemerintah daerah agar lebih serius dalam memberikan dukungan terhadap perempuan nelayan. Setidaknya ada tiga tuntutan utama yang disuarakan. Pertama, adanya kebijakan yang berpihak kepada perempuan nelayan, termasuk dukungan ekonomi alternatif saat mereka tidak bisa melaut.

“Harus ada anggaran daerah yang ramah terhadap perempuan untuk membantu mereka menghadapi masa sulit, baik dalam bentuk bantuan sosial maupun pengembangan ekonomi lainnya,” tegas Masnuah.

Kedua, pentingnya skema perlindungan bagi perempuan nelayan, termasuk asuransi gratis yang dapat memberikan rasa aman saat melaut.

“Pemerintah daerah harus menggratiskan iuran asuransi bagi perempuan nelayan agar mereka merasa terlindungi,” lanjutnya.

Ketiga, adanya anggaran khusus untuk perempuan, tidak hanya dalam merespons dampak krisis iklim tetapi juga dalam pencegahan dan penanganan kasus kekerasan berbasis gender. Menurut Masnuah, kebijakan yang tidak tepat dapat memperparah situasi perempuan nelayan.

Baca juga : Pagar Laut Terjadi di Laut Semarang dan Demak

“Solusi yang palsu, seperti pembangunan tol yang diklaim mengatasi banjir rob, justru bisa memperburuk keadaan. Alih-alih mengurangi dampak, malah membuat masyarakat semakin tenggelam dan perempuan terjebak dalam kemiskinan serta kekerasan dalam rumah tangga,” pungkasnya. (Sam-03)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN