27 C
Semarang
, 21 February 2025
spot_img

Dugderan Dimulai, Pemkot Semarang Sebut Ada Prosesi Meski Ada Efisiensi

Semarang, Jatengnews.id – Tradisi Dugderan sudah menjadi agenda tahunan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, yang dilaksanakan menjelang bulan suci Ramadhan.

Jika melihat jadwalnya, bulan suci ramadhan tinggal menghitung hari lagi. Terlihat, di wilayah sekitaran  Alon-alon Kota Semarang dan Masjid Kauman Kota Semarang menjadi pasar malam yang dipadati usaha mikro kecil menengah (UMKM), Senin (17/2/2025).

Dari mulai kulineran, pakaian,  mainan, hingga wahana hiburan tampak mulai beroperasi setiap sore hingga malam hari.

Baca juga: Masa Senja Warak Ngendok di Momen Dugderan Kota Semarang

Kepala Dinas Kebudayaan Disbudpar Kota Semarang, Sarosa menyampaikan bahwa pelaksanaan upacara  tradisi dugderan yang biasanya di Pimpin oleh Wali Kota Semarang, bakal tetap dilaksanakan.

Upacara dugderan sendiri sejarahnya diangkat dari pemukulan bedug yang berbunyi “dug” dan menyalakan petasan dengan bunyi “der”. Pemukulan itu dilaksanakan setelah Wali Kota Semarang membacakan pengumuman awal puasa yang sebelumnya telah didiskusikan oleh para ulama.

Sarosa menjelaskan, meskipun muncul instruksi Presiden untuk efisiensi anggaran, perayaan dugderan pada tanggal 28 Februari 2025 mendatang bakal dilaksanakan secara meriah.

Meskipun demikian, prosesinya tetap tidak sama seperti tahun sebelumnya yang dilaksanakan dua kali dan sekarang hanya sekali.

Tahun sebelumnya, pertama ada prosesi dugderan anak dan kirab budaya yang digelar di Simpang Lima (Lapangan Pancasila Semarang). Kedua, kirab budaya dari Balai Kota Semarang menuju ke Masjid Agung Kota Semarang atau yang dikenal Masjid Kauman.

“Kami sudah rapat dengan OPD terkait, nantinya kita tetap melibatkan anak-anak sekolah yang semula dilaksanakan di Simpang Lima, nanti akan dilaksanakan menjadi satu di Balaikota – Masjid Kauman saja,” ungkapnya beberapa waktu lalu.

Perayaan dugderan ini harus terus dilaksanakan karena merupakan bagian dari upaya akulturasi budaya dan praktik toleransi antar umat beragama.

Jika melihat dalam perayaannya, tampak tidak hanya dari umat muslim saja namun dari berbagai agama ikut hadir. Tak hanya itu, ornamen Warak Ngendok juga menjadi ikon dalam perayaan dugderan.

Warak Ngendok sendiri merupakan penggambaran hewan mitologi yang melambangkan akulturasi budaya dan agama di Kota Semarang.

“Tema dugderan tahun ini adalah Bhineka Tunggal Budaya dalam Harmoni Dugderan 2025,” ucap Sarosa.

Tajuk tersebut diangkat, dengan harapan masyarakat di Kota Semarang yang dari berbagai etnis bisa bersatu dan hidup rukun.

Baca juga: Terus Diguyur Hujan Tradisi Dugderan Semarang Berlangsung Meriah

“Meskipun secara umum upacaranya sama, tapi untuk konsep pasti berbeda karena wali kota baru,” paparnya.

Kabarnya, karena ini nanti prosesi dijadikan satu, artinya para pesertanya bakal lebih banyak dari tahun sebelumnya.

“Artinya kami nanti harus lebih ekstra, apalagi hari Jumat. Rutenya tetap sama, tapi untuk anak SD dan SMP tidak sampai di Alon-alon karena nanti kasian kecapean,” jelasnya.

Acara ini, biasanya diakhiri dengan berebut gunungan dan roti ganjel rel.(Kamal-02)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN