Karanganyar, JatengNews.id – Pelaku wisata di Karanganyar mulai mempersiapkan langkah strategis menghadapi dampak efisiensi anggaran yang dikeluarkan pemerintah.
Sebagai informasi, kebijakan efisiensi anggaran melalui Inpres no 1 tahun 2025, pemerintah pusat maupun daerah diwajibkan melakukan efisiensi anggaran untuk APBN dan APBD tahun 2025.
Salah satu dampaknya adalah, berkurangnya kegiatan rapat maupun perjalanan dinas yang memanfaatkan rumah makan, meeting room, maupun hotel.
Baca juga: Tingkat Kunjungan Wisata Karanganyar Tembus 1,4 Juta Wisatawan
Kebijakan ini juga mulai ditindaklanjuti Pemkab Karanganyar dengan memangkas anggaran kegiatan dan perjalanan dinas hingga mencapai Rp 31,5 miliar.
Kepada wartawan, pengelola wisata Karanganyar, Disa Ageng Alifven Sabtu (15/2/2025) mengatakan, sampai saat ini, kebijakan efisiensi anggaran, belum berdampak terhadap sektor usaha. Terutama pariwisata.
Meski demikian, menurut Disa, para pelaku wisata mulai melakukan persiapan dengan mengambil langkah strategis, sehingga usaha pariwisata dan kunker di Karanganyar tetap berjalan.
“Para pengusaha tetap akan bersiap untuk mengubah sasaran marketnya agar tidak terlalu merasakan dampak efisiensi anggaran. Sehingga kita tetap bisa bertahan. Kita mulai berpikir untuk mengalihkan atau merambah pasar komunitas,” ungkapnya.
Dikatakannya, selama ini, sebagian pengusaha di Kabupaten Karanganyar memperoleh penghasilan dari kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) dari pemerintah.
“Efisiensi akan berdampak pada keinginan healing wisatawan. Market kita yang dulu goverment, grup, instansi, dinas terkait, ya kita ubah dengan menyasar ke Karang Taruna, ibu-ibu PKK, atau kelompok masyarakat,” jelasnya.
Baca juga: Dua Paslon Cabup Komitmen Kembangkan Wisata Karanganyar
Terpisah, Marketing Manager Nava Hotel Tawangmangu Karanganyar Nidia Arisya mengatakan, di awal tahun 2025 ini, terjadi penurunan okupansi sebesar 30 persen. Namun, Nadia mengaku belum dapat memastikan penyebab penurunan tersebut dari dampak kebijakan efisiensi anggaran.
“Berdasarkan data tahun lalu, untuk segmen pendapatan dari sektor Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) memang menyumbang income sebesar 30 persen,”katanya.
Nadia berharap, adanya kebijakan baru yang bisa kembali meningkatkan pendapatan dari sektor MICE. (Iwan-01)