Semarang, Jatengnews.id – Payet yang dijahit dengan rapi, bisa membuat gaun, kebaya, baju, maupun kerudung, menjadi lebih mewah. Tak heran jika sandang tersebut sudah berselimutkan payet, harganya pun meroket.
Hal itu pula yang membuat pengurus Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah bersama-sama berlatih menjahit payet, di Kantor PKK Provinsi, Jalan Sriwijaya, Jumat (14/2/2025). Bukan perkara mudah memang, usia yang sudah menua, membuat sejumlah ibu mengalami kesulitan.
Lihat saja saat mereka diminta memasukkan benang dalam jarum. Meski sudah menggunakan alat bantu “mata nenek”, ibu-ibu itu tetap kesulitan, mengingat jarum yang digunakan adalah jarum khusus yang berukuran lebih tipis dari jarum jahit biasa. Kesulitan berikutnya, ketika memasukkan payet yang ukurannya juga sangat kecil. Tidak sedikit yang lantas menggunakan kacamata plus, agar benda-benda berukuran kecil itu bisa terlihat jelas.
Baca juga: PKK Jateng Bersama Indofood Beri Literasi Cegah Malnutrisi Anak
“Ayo ibu-ibu, semangat ya. Jangan menyerah. Semakin banyak payet, baju itu akan semakin mahal,” kata Penjabat Ketua TP PKK Jateng, Shinta Nana Sudjana, kepada peserta.
Setelah bisa menguasai alat dan payet yang digunakan, kesabaran mereka kembali diuji, dengan menjahitkan payet sesuai pola yang dicontohkan. Ada yang membuat langsung di kain brokat, ada pula yang mengikuti pola di potongan kain putih. Meski masih kurang rapi, namun para peserta puas dengan hasil karya masing-masing.
“Awal-awal susah, ini belum bisa rapi. Tapi, sangat menyenangkan. Tadinya nggak ngerti caranya gimana (memayet), setelah coba bisa sedikit-dikit, dipelajari,” ungkap anggota Pokja II, Tetty Mardiati.
Dia berharap, pembelajaran memayet itu bisa dilakukan rutin seminggu sekali. Sehingga, dapat membuatnya lebih terampil, dan motif payet semakin bervariasi.
“Kalau punya baju yang pingin dipayet, kan bisa payet sendiri,” ujar Tetty.
Ketua Bidang III Silvia Hanung, juga merasakan kesulitan yang sama, meski akhirnya bisa tersenyum senang melihat hasil payetannya.
“Ini pengalaman saya belajar mayet. Awalnya kayaknya susah sekali, karena memasukkan benang ke dalam lubang jarum saja susah. Kemudian untuk meraba-raba payet yang pasir ini juga susah. Lama-lama sudah dapat feeling-nya juga, ya menyenangkan,” tuturnya.
Pengalaman tertusuk jarum berkali-kali, dirasakan Ketua Pokja II Ismiyati Agung. Beruntung, ada tenaga pemayet yang siap membantu ketika peserta menghadapi kendala.
“Awalnya sampai ketusuk jarum karena terlalu kecil lubangnya. Ternyata mencari lubang itu susah. Tapi lama kelamaan asyik juga sih. Apalagi kalau sambil nyantai. Cocoklah,” jelasnya.
Menurut Ismiyati, rencananya kegiatan keterampilan tersebut akan terus berlanjut, kerja sama Pokja II dan Pokja III. Seperti, me-reycle baju yang sudah tidak terpakai karena kesempitan, sobek, atau bosan. Baju tersebut bakal disulap menjadi sesuatu yang berbeda dan bernilai jual. Misalnya, tas, aksesoris, atau baju dengan desain baru.
“Minimal bisa dipake sendiri, tapi harapannya bisa dijual ke orang lain. Syukur-syukur nanti kalau semuanya sudah jadi, kita akan bikin show sendiri, dari kita untuk kita,” ujarnya optimistis.
Ketua Bidang I, Indah Sumarno, pun menyempatkan untuk ikut belajar memasang payet. Diakui, banyak hikmah yang dipetik dari kegiatan tersebut, di antaranya belajar sabar, telaten, tidak boleh putus asa, serta harus mengasah seni.
“Pekerjaan yang kita lihat sepele ini, ternyata sulit untuk diselesaikan. Membutuhkan waktu yang lama, ketabahan yang paling penting. Gagal ulangi, gagal ulangi. Makanya ketika kita atau seseorang yang berkarya, kemudian menjual dengan harga yang mahal, kita tidak boleh hanya melihat hasilnya tapi prosesnya. Ternyata yang mahal itu proses seninya,” beber Indah.
Baca juga: Banyaknya Anak-anak Cuci Darah Jadi Perhatian Khusus TP PKK Jateng
Dia menyambut baik jika kegiatan semacam itu diselenggarakan rutin oleh TP PKK. Sebab, para pengurus bisa berpikiran positif dan berkegiatan positif untuk mengisi waktu luang. Jika nantinya keterampilan itu digeluti dengan lebih serius, bisa menghasilkan produk yang layak jual, maka akan membantu perekonomiannya.
Perancang busana Ina Priyono yang menjadi instruktur pelatihan payet, mengapresiasi antusiasme ibu-ibu pada kegiatan yang kali pertama diselenggarakan. Terlebih, dengan dukungan Pj Ketua TP PKK Shinta Nana. Setelah pelatihan payet ini, pihaknya akan mengadakan sesi-sesi berikutnya, dengan materi yang berbeda.
“Biasanya memayetkan dengan orang lain, dan nilai ekonomisnya tinggi. Kalau ini dipayetin sendiri. Selain bangga dengan buatan sendiri, juga bangga karena bisa ngirit. Daripada nonton drakor atau sinetron, kan lebih baik mayetin,” tandasnya yang juga Ketua Bidang II TP PKK Jateng.(02)