29 C
Semarang
, 3 February 2025
spot_img

Siapa yang Bertanggung Jawab Menciptakan Anak Indonesia Hebat?

Namun, bagaimana strategi konkret dalam mewujudkan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat?

Setiap kali berbicara tentang masa depan Indonesia, satu pertanyaan mendasar selalu muncul: siapa yang bertanggung jawab dalam menciptakan anak-anak hebat? Jawaban atas pertanyaan ini tidak sederhana. Mengingat bahwa anak adalah aset bangsa, maka tanggung jawab membentuk karakter dan kebiasaan mereka tidak bisa hanya dibebankan pada satu pihak saja.

Secara yuridis, Indonesia telah memiliki kerangka hukum yang jelas dalam perlindungan dan pendidikan anak. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa pendidikan bertujuan membentuk karakter bangsa yang berdaya saing global.

Selain itu, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak juga menegaskan bahwa tumbuh kembang anak harus mendapat perhatian serius dari semua pihak, baik pemerintah, keluarga, maupun masyarakat luas (Kemendikbud, 2020). Namun, implementasi aturan ini masih menghadapi tantangan besar dalam praktiknya.

Baca juga: Mahasiswa KKN UNDIP Gelar Pelatihan Biopori untuk Kesuburan Lahan di Desa Sindukarto

Dari sudut pandang historis, konsep pendidikan berbasis karakter sebenarnya sudah dikenal sejak lama. Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang mencakup aspek budi pekerti, bukan hanya kecerdasan akademik.

Namun, perkembangan zaman yang semakin kompetitif telah menggeser fokus pendidikan ke arah pencapaian nilai dan prestasi akademik semata. Hal ini menyebabkan banyak anak kehilangan kesempatan untuk mengembangkan karakter yang kuat sejak dini (Sutrisno, 2019).

Secara filosofis, pertanyaan tentang siapa yang bertanggung jawab atas pembentukan anak hebat membawa kita pada refleksi mendalam. Jean-Jacques Rousseau dalam karyanya Émile, ou De l’éducation menyatakan bahwa pendidikan terbaik adalah yang mampu menyesuaikan dengan kodrat alami anak. Artinya, membangun tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat tidak cukup hanya dengan menjejalkan teori di sekolah, tetapi juga melalui pengalaman langsung yang melibatkan aspek sosial, emosional, dan spiritual (Sinaga & Choiriyah, 2023).

Dari perspektif sosiologis, lingkungan memiliki peran besar dalam membentuk kebiasaan anak. Teori ekologi perkembangan Bronfenbrenner menekankan bahwa interaksi anak dengan lingkungan keluarga, sekolah, serta masyarakat akan menentukan karakter mereka di masa depan. Sayangnya, dalam era digital ini, banyak anak lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya dibandingkan berinteraksi langsung dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berdampak pada minimnya pengalaman anak dalam mengembangkan empati dan keterampilan sosial.

Aspek medis juga tidak bisa diabaikan dalam pembentukan anak hebat. Studi terbaru menunjukkan bahwa nutrisi dan kesehatan mental memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan otak anak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Harianti, D. (2008)., pola makan sehat dan tidur yang cukup dapat meningkatkan konsentrasi dan daya ingat anak hingga 40%. Oleh karena itu, perhatian terhadap kesehatan fisik dan mental anak harus menjadi prioritas utama dalam membangun generasi emas Indonesia.

Strategi Konkret Dalam Mewujudkan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat

Namun, bagaimana strategi konkret dalam mewujudkan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat? Salah satu langkah utama adalah memperkuat peran sekolah sebagai agen utama pendidikan karakter. Program pendidikan berbasis proyek (Project-Based Learning) yang mengintegrasikan nilai-nilai moral dan keterampilan hidup terbukti efektif dalam membentuk karakter anak (Kristanti, Y. D., & Subiki, S, 2017). Selain itu, peran keluarga juga sangat vital dalam menanamkan kebiasaan baik sejak dini. Orang tua harus menjadi teladan utama dalam membentuk disiplin, integritas, dan etos kerja anak.

Dukungan dari pemerintah juga menjadi elemen krusial dalam memastikan keberhasilan gerakan ini. Kesuksesan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat tidak lepas dari kolaborasi lintas sektor yang melibatkan berbagai kementerian, lembaga, pemerintah daerah, serta organisasi masyarakat. Dukungan dari bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan perlindungan anak menjadi kunci keberhasilan gerakan ini. Sekretaris Jenderal Kemendikdasmen, Suharti, dalam laporannya menekankan pentingnya pendekatan terpadu dalam pelaksanaan program ini.

“Kami menyadari bahwa membangun generasi emas Indonesia memerlukan dukungan dari semua pihak. Sinergi antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan media adalah elemen penting dalam memastikan keberhasilan gerakan ini,” ujar Suharti.

Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat diharapkan menjadi fondasi dalam mencetak generasi yang siap menghadapi tantangan global. Dengan nilai-nilai karakter yang kuat, generasi ini diharapkan mampu membawa Indonesia menjadi bangsa yang maju, sejahtera, dan berdaya saing di tahun 2045.

Dampak dari implementasi kebiasaan ini bukan hanya bagi individu, tetapi juga terhadap kemajuan bangsa secara keseluruhan. Anak-anak yang tumbuh dengan kebiasaan baik akan menjadi pemimpin masa depan yang memiliki integritas tinggi, produktivitas tinggi, serta kepedulian sosial yang kuat. Sebuah penelitian dari Santoso, G., Karim, A. A., & Maftuh, B. (2023), menyatakan bahwa negara dengan sistem pendidikan berbasis karakter memiliki tingkat kesejahteraan ekonomi yang lebih stabil dan ketahanan sosial yang lebih kuat. Dengan demikian, cita-cita Indonesia Emas 2045 bukan sekadar angan-angan, melainkan sebuah keniscayaan yang dapat diwujudkan bersama.

Baca juga: Mahasiswa KKN UNDIP Dukung Program Vaksinasi HPV Lewat Lomba Mading Interaktif

Kini, pertanyaan utamanya bukan lagi apakah kita memahami pentingnya tujuh kebiasaan ini, tetapi seberapa siap kita dalam merealisasikannya. Tanpa aksi nyata, slogan tentang “anak Indonesia hebat” akan tetap menjadi sekadar jargon kosong yang bergema tanpa makna. Tanggung jawab ini bukan hanya milik pemerintah atau sekolah, melainkan tanggung jawab kita semua.

Ditulis oleh: Fadil Maman

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN