Beranda Daerah Cuaca Ekstrem, Nelayan Tidak Melaut Tapi Malah Hutang

Cuaca Ekstrem, Nelayan Tidak Melaut Tapi Malah Hutang

Ratusan kapal tampak tak beroprasi di dermaga Tambaklorok, Kota Semarang, Jumat (31/1/2025).(Foto:Kamal)

Semarang, Jatengnews.id – Cuaca ekstrem di Kota Semarang ratusan nelayan di Kampung Tambaklorok terpaksa libur melaut, Jumat (31/1/2025).

Cuaca ekstrem seperti ini terjadi sudah selama dua bulan dan mereka sudah tiga hari tidak bisa melaut sama sekali.

Baca juga: Nelayan Jepara Diminta Waspadai Anomali Cuaca

Tak hanya diterjang cuaca ekstrem, dirinya juga harus merasakan harga tangkapan yang murah sehingga tidak sesuai dengan harapannya.

“Untuk memenuhi kebutuhan kita terpaksa hutang-hutang. Nelayan itu bukannya menambah tabungan tapi malah hutang,” ucap Fariani (60) nelayan Tambaklorok, Tanjungmas, Semarang Utara, Jumat (31/1/2025).

Musim angin dan hujan seperti ini, memang terjadi setiap tahunnya. Setiap musim seperti ini juga para nelayan susah mencari penghasilan.

“Meskipun cuaca buruk, kadang kita tetap memaksa ke laut meskipun resiko ombak besar. Tapi kalau ombak setinggi hari ini kita tidak berani, sudah tiga hari ini kita tidak melaut,” katanya kepada Jatengnews.id.

Ia mengaku, nelayan itu mempertaruhkan nyawa pekerjaannya karena kondisi laut tidak pernah ada yang bisa memprediksi.

“Ini gelombang besar nggak berani melaut,” ujarnya.

Biasanya satu prahu yang ia bawa bisa meraup penghasilan kotor sekitar Rp 500 ribu.

“Bersihnya libur dua hari itu rugi sekitar Rp 500 ribuan, jadi ya rata-rata penghasil bersih perhari sekitar Rp 250 ribu – Rp 300 ribu,” ungkapnya.

Tak hanya pengahasilan yang sedikit, jika gelombang besar, resiko kapal rusak akibat diterjang ombak juga menghantui setiap cuaca ekstrem.

“Kalau nelayan sini mayoritas udang hasil tangkapanya, tapi juga kadang rajungan dan ikan,” paparnya.

Tampak nelayan lain Sunarjo (61) tampak sibuk memperbaiki jaring pukat harimau yang ia gunakan untuk melaut.

Ia mengaku mengalami kerugian sekitar Rp 300 ribuan dan mengeluhkan harga bahan bakar naik dan penjualan murah.

Baca juga: Terdampak Cuaca Ekstrem Sejumlah Kapal Nelayan di Semarang Rusak

“Jaman Pak Harto itu udang bisa sampai Rp 100 ribu perkilonya, sekarang hanya Rp 60 ribu sampai Rp 70 ribu,” akunya.

Ia mengaku sudah libur tiga hari dan mengisi waktu luang dengan memperbaiki jaringnya.

Ia juga mengaku bernasib sama, setiap musim ombak atau cuaca ekstrem malah menambah utang bukan penghasilan. (Kamal-02)

Exit mobile version