25 C
Semarang
, 9 January 2025
spot_img

Pertama di Indonesia, Pusat Bahasa Mandarin Tingkat Sekolah Menengah Ada di Purwokerto

Puhua School Purwokerto punya pusat Bahasa Mandarin pertama di Indonesia.

Banyumas, Jatengnews.id – Kabupaten Banyumas memiliki Pusat Bahasa Mandarin pertama di Indonesia yang berdiri di tingkat jenjang sekolah menengah.

Pembentukan Pusat Bahasa Mandarin ini hasil kerjasama Sekolah 3 Bahasa Putera Harapan (Puhua School) Purwokerto dengan China’s International Education Foundation serta didukung oleh Baoding High School Education Group dan Baoding University Tiongkok.

Ketua Yayasan Putera Harapan Banyumas, Yudi Sutanto menjelaskan dari hasil kerjasama ini Puhua akan membina para guru lokal bahasa Mandarin dengan sertifikat kualifikasi nasional.

“Dengan kerja sama ini, kami berharap dapat menciptakan generasi yang tidak hanya cakap dalam berbahasa, tetapi juga memiliki pemahaman budaya yang luas sehingga mampu menjadi jembatan antara Indonesia dan Tiongkok,” kata Yudi kepada wartawan.

Baca juga: 43 Desa di Banyumas Terdampak Kekeringan

Menurut dia program tersebut akan membuka peluang pendidikan dan karir bagi generasi muda Banyumas di kancah internasional,
terutama dalam menghadapi tantangan dan peluang kerja di dunia yang semakin kompleks.

Pusat Bahasa Mandarin di Puhua ini akan menjadi wadah pengembangan seni budaya Jawa, khususnya budaya Banyumasan dan budaya nasional.

Pusat Bahasa Mandarin dapat menjadi badan konsultan dan pusat pembelajaran bahasa Indonesia bagi pengusaha Tiongkok untuk mendorong pembangunan sumber daya manusia dan ekonomi di Jawa Tengah bagian barat.

Sementara itu, Penjabat (Pj) Bupati Banyumas, Iwanuddin Iskandar, menyambut positif dengan adanya program tersebut. Menurutnya, saat ini hubungan investasi dengan Tiongkok semakin tinggi.

“Di era globalisasi saat ini, investasi dari Tiongkok di Indonesia semakin tinggi. Kebutuhan akan tenaga kerja yang fasih berbahasa Mandarin sangat diperlukan. Kehadiran pusat ini diharapkan memberikan manfaat besar bagi masyarakat Banyumas,” jelasnya.

Dalam acara tersebut dihadiri juga oleh Novi Basuki, seorang Santri Diplomat Kultural yang memiliki pengalaman belasan tahun belajar di Tiongkok. Menurut pengalamannya, identitas santri tidak terlepas meski ia hidup di negara Tiongkok.

Baca juga: Pembangunan Jalur Kereta Api Purwokerto Wonosobo Akan Dimulai

“Saya tetap salat, memakai batik, dan tetap menjadi orang Indonesia. Bahasa Mandarin erat kaitannya dengan Konfusius, yang mengajarkan nilai-nilai seperti welas asih, kebenaran, dan sopan santun. Ini sama seperti akhlakul karimah dalam Islam,” papar dia.

Ia berujar tidak ada salahnya menggali ilmu sebanyak mungkin dari negara yang berbeda faham dengan Indonesia. Hal ini menurutnya sejalan dengan tujuan Indonesia menuju generasi emas tahun 2045. 

“Kita dapat mengambil saripati terbaik dari setiap negara untuk membangun masa depan bangsa,” pungkasnya.(07)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN