Karanganyar, Jatengnews.id – Pagelaran wayang kulit dan Ruwatan Nagari dengan dalang senior Ki Purbo Asmoro, mengakhiri seluruh kegiatan peringatan Hari Jadi ke 107 Karanganyar Senin (18/11/2024).
Sebelumnya, ruwatan terhadap 23 anak juga digelar di Pendopo Raden Mas Said Rumah Dinas Bupati Karanganyar.
Baca juga: Upacara HUT ke 107 Karanganyar Digelar Sederhana, Ini Pesan Pj Bupati
Rangkaian peringatan Hari Jadi ke 107 Karanganyar, diawali dengan peluncuran logo HUT pada awal bulan Oktober lalu.
Dilanjutkan dengan anjangsana ke rumah mantan pemimpin Karanganyar, ziarah pendiri Karanganyar, dan makam Raja Mangkunegara, makam Raden Mas Said dan makam mantan Presiden Soeharto.
Puncak HUT, digelar upacara tepat saat berdirinya Karanganyar pada 18 November 2024.
Pj Bupati Karanganyar, Timotius Suryadi mengatakan, salah satu tujuan ruwatan ini untuk membersihkan Karanganyar dari berbagai keburukan dan gangguan. Keburukan dan gangguan, termasuk sangkakala secara budaya dipercaya membawa ketidakberuntungan.
“Secara budaya kita berdoa berharap Karanganyar semakin tenteram, apalagi saat ini menjelang Pilkada. Kita berharap, seluruhnya berlangsung aman, tertib, aman, damai dan lancar,”katanya usai menyerahkan wayang Sadewa kepada dalang Ki Purbo Asmoro.
Namun untuk ruwatan nagari di malam hari, ia memainkan lakon Sudomolo, yang secara tradisional sering digunakan untuk meruwat kota atau daerah tertentu.
Lakon Sudomolo menceritakan kisah Sadewo, anak bungsu Pandawa Lima, yang berjuang meruwat Betari Durgo, Dewi Sangkakala, serta Batara Kala, anaknya, yang mengancam keluarga Pandawa.
Baca juga: HUT ke 107, Pemkab Karanganyar Napak Tilas Perjuangan Pahlawan Joko Songo
Dibantu oleh Semar dan Sang Hyang Wisnu, Sadewo berhasil mengalahkan Batara Kala dan Betari Durgo dengan menggunakan mantra corobalik pada kening, dada.
Lakon ini dipercaya membawa simbol pembersihan serta pengusiran segala keburukan.
“Secara budaya, kita harapkan, Karanganyar menjadi amam, tentaram dan sejahtera,”terangnya.(Adv-02).