Surabaya, JatengNews.id – Penguatan pendidikan moderasi beragama perlu dikenalkan kepada seluruh civitas akademika di perguruan tinggi di Indonesia.
Hal itu ditegaskan oleh Kepala Balai Litbang Agama Semarang, Moch. Muhaemin dalam acara Seminar Penguatan Moderasi Beragama bagi Civitas Akademika di Perguruan Tinggi di Gedung Research Center, Lantai 11, Kampus ITS Surabaya, Rabu 20 November 2024.
Seminar Penguatan Moderasi Beragama dapat terselenggara berkat kolaborasi Balai Litbang Agama Semarang dan ITS Surabaya.
Baca juga: Balai Litbang Agama Semarang Sukses Mempertahankan Sertifikasi ISO 9001:2015
Lebih lanjut, Muhaemin mengatakan tujuan kegiatan ini, untuk menyosialisasikan penguatan moderasi beragama kepada civitas akademika di perguruan tinggi di Surabaya.
Acara ini melibatkan 1.100 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa di lingkungan ITS Surabaya serta kampus-kampus sekitarnya.
“Sebanyak 200 peserta hadir secara langsung, sementara 900 lainnya mengikuti secara daring,” tambah Muhaemin.
Semantara itu, Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kemenag RI, Prof. Suyitno yang turut hadir mengatakan, pentingnya penguatan Moderasi Beragama (MB) tidak hanya di lingkungan Kementerian Agama, tetapi juga di seluruh kementerian dan lembaga sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 58 Tahun 2023.
Dalam Perpres tersebut, salah satu ekosistem MB adalah seluruh perguruan tinggi yang telah menjalin MoU dengan kami.
“Kita perlu mengawal bersama simpul-simpul moderasi ini untuk menjaga keberagaman dan toleransi,” ujarnya.
Menurut Suyitno toleransi adalah elemen penting dalam pembangunan dan modal sosial. “Apapun infrastruktur atau pengembangan SDM yang kita bangun, tidak akan berhasil tanpa kerukunan masyarakat. Moderasi Beragama adalah instrumen utama menjaga hal ini,” jelasnya.
Suyitno mengutarakan perguruan tinggi harus berperan aktif dalam menyemai nilai-nilai moderasi. Menyikapi data dari BPS yang menunjukkan 2-5 juta generasi muda tidak kuliah dan tidak bekerja. Kelompok ini rentan terhadap penyebaran intoleransi.
“Perguruan tinggi harus membuka diri seluas-luasnya, menciptakan inovasi, dan menyentuh generasi muda melalui media sosial. Tingginya penggunaan media sosial seperti TikTok menjadi peluang dan tantangan. Aktivis keagamaan harus menguasai platform ini untuk menyemai moderasi,” ujarnya.
Suyitno mengingatkan pentingnya konten keagamaan yang relevan dan menarik bagi generasi muda. “Era sekarang, manusia ‘mu’allaqun bi medsos’ (tergantung pada media sosial). Jangan biarkan media ini hanya diisi hiburan kosong tanpa konten keagamaan yang mendidik,” ungkapnya.
Suyitno mengapresiasi ITS sebagai kampus heterogen yang serius mendukung program MB. “Arahan Rektor ITS sangat jelas. Kampus ini menunjukkan kesungguhan melalui dukungan dari guru besar seperti Prof. Imam Robandi. Ini menjadi bukti nyata bahwa ITS berkomitmen merespons agenda Moderasi Beragama,” jelas Suyitno
Untuk mendukung keberlanjutan Moderasi Beragama, Prof. Suyitno mendorong inovasi, termasuk melalui pengembangan Massive Open Online Courses (MOOC), serta insersi nilai-nilai MB ke dalam seni lukis, musik, dan film.
Baca juga: Balitbang Diklat Kemenag RI Gelar Lomba Lukis Moderasi Beragama
“Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak muda lebih tertarik dengan media seperti film, musik, dan olahraga. Maka, kita harus mengemas MB dengan pendekatan kreatif agar dapat dinikmati semua kalangan,” katanya.
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya Prof. Dr. H. Suyitno, M.Ag., Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan SDM Kementerian Agama RI; Prof. Bambang Pramujati, S.T., M.Sc.Eng., Ph.D., Rektor ITS Surabaya; Faried Fachrudin Saenong, M.A., M.Sc., Ph.D., Staf Khusus Menteri Agama RI; Prof. Dr. Ir. Imam Robandi, M.T., Ketua Dewan Profesor ITS Surabaya. (01)