34.8 C
Semarang
, 20 November 2024
spot_img

Pemkab Karanganyar Gelar Ruwatan Murwakala, Upaya Pembersihan Diri Melalui Budaya

Karanganyar, Jatengnews.id – Sebanyak 23 anak mengikuti Ruwatan yang digelar di Pendopo Raden Mas Said,  Rumah Dinas Bupati Karanganyar, Senin (17/11/2024). Ruwatan ini dalam rangka HUT ke 107 Kabupaten Karanganyar.

Kegiatan Ruwatan Murwakala tersebut diiringi pagelaran wayang kulit yang dibawakan oleh  Dalang Ki Purbo Asmoro dengan lakon Murwakala.

Baca juga: HUT ke 107, Pemkab Karanganyar Napak Tilas Perjuangan Pahlawan Joko Songo

Usai pagelaran wayang kulit, dalang Ki Purbo Asmoro menggunting rambut peserta ruwatan.

Acara Ruwatan diawali dengan tarian Tri Darma yang menceritakan perjuangan Raden Mas Said  dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Kemudian dilanjutkan penyerahan 23 anak yang akan diruwat oleh Ki Dalang Purbo Asmoro.

Pj Bupati Karanganyar, Timotius Suryadi mengatakan, ruwatan merupakan sebuah  tradisi dalam masyarakat Jawa untuk membersihkan jiwa  melalui prosesi budaya.

Timotius menjelaskan dalam ruwatan ini yang dibuang adalah berbagai sifat keburukan yang ada dalam diri setiap manusia agar menjadi pribadi yang lebih baik.

“Ruwatan adalah mensucikan diri melalui budaya, menghilangkan Batara Kala. Yang diruwat adalah hati yang jahat agar menjadi pribadi yang baik,”terangnya.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Karanganyar sekaljgus Ketua Panitia Ruwatan, Agam Bintoro menjelaskan, dalam rangka HUT ke 107 Karanganyar, kembali mengangkat kembali budaya lokal dan kearifan lokal yang mulai tergerus oleh budaya asing.

Menurut Agam, ruwatan merupakan budaya  dan tradisi masyarakat Jawa. Dalam budaya Jawa, dikenal ada anak itu membawa Sukerto atau sesuatu hal negatif yang melekat pada diri anak, yang bisa dihilangkan.

Baca juga: Kualitas Kepatuhan Layanan Publik Meningkat, Pemkab Karanganyar Raih Penghargaan Ombudsman RI

“Ini harus dihilangkan. Salah satunya dengan cara diruwat. Yang meruwat harus dalang sejati atau dalang Kondobuwono,”terangnya.

Untuk anak yang diruwat, Agam mengungkapkan,  sepasang anak laki-laki dan perempuan, anak tunggal, anak Kedono Kedini, anak Uger-uger Lawang, yang seluruhnya anak laki-laki, Kembang Sepasang yang terdiri dari dari 2 anak perempuan, Cukil Dulit, 3 anak laki-laki, dan Gotong Mayit yang seluruhnya anak perempuan.

“Ruwatan ini menggunakan media wayang sebagai simbolisasi. Ruwatan menghindarkan malapetaka yang disimbolkan dengan tokoh pewayangan Betorokolo,”pungkasnya. (Adv-02).

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN