Semarang, Jatengnews.id – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra menyampaikan, pihaknya berupaya membantu Pemprov Jateng soal ketersediaan bawang dan cabai dari sisi hulu maupun sisi hilir. Dari sisi hulu, kapasitas petani dan produksi ditingkatkan.
“Kan enggak setiap bulan panen, untuk menjaga pas masa surplus itu bisa berguna, tidak busuk maka dilakukan hilirisasi berupa cabai kering dan pasta bawang merah. Itu untuk supaya tersedia setiap bulan. Ketika musim tanam, mau cabai masih ada tapi bentuknya tidak segar tapi diawetkan,” kata Rahmat, Minggu (17/11/2024).
Baca juga : Melalui Central Java Fish Market Bank Indonesia Dorong Peningkatan Konsumsi Ikan
Saat ini, terang Rahmat dia, masyarakat bisa membiasakan diri mengonsumsi cabai maupun bawang merah yang telah diawetkan dalam bentuk lain baik bentuk pasta maupun kering. Pihaknya telah membantu beberapa alat pengolahan produksi yang bila nanti untung maka akan direplikasi di mana-mana.
“Tadi ada sekitar 10 kelompok petani yang dibantu alat produksi atau alat pengolahan seperti berasal dari Kabupaten Semarang, Temanggung, Wonosoboi Magelang dan daerah penghasil pangan,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, pihaknya juga menawarkan produk cabai kering dengan dijual murah Rp1.000 per kemasan plastik pouch 90,8 gram. Salah satu tujuannya adalah untuk menyosialisasikan cabai kering kepada masyarakat. Pembayarannya pun menggunakan alat QRIS.
“Selain mengenal cabai kering yang tebus murah, kampanye QRIS juga dapat,” katanya.
Sekretaris Daerah Provinsi Jateng mengatakan pihaknya juga mengadakan sosialisasi mengenai cara mengonsumsi cabai yang dikeringkan, dan bawang merah yang dibuat pasta. Sebab di Jawa Tengah ini, untuk neraca produksi bawang merah maupun cabai mengalami surplus, tapi harganya sering diombangambingkan.
“Problemnya adalah masalah waktu panen dan kebutuhan. Kalau bicara kebutuhan kan sepanjang tahun, sedangkan panen di bulan-bulan tertentu. Untuk bisa dikonsumsi di bulan yang lain, salah satunya adalah membuat bawang dan cabai lebih awet, yaitu dikeringkan untuk cabai dan bawang dibuat pasta,” jelasnya.
Diterangkan, pekerjaan rumahnya kali ini adalah bagaimana terus menyosialisasikan hal tersebut kepada masyarakat, agar bisa mengonsumsi. Dari segi rasa, menurut Sekda, sama saja. Hanya, ini faktor kebiasaan. Harapannya, dengan sosialisasi itu, ASN khususnya, bisa mencontohkan lebih dulu.
Baca juga : Tingkatkan Penggunaan Pembayaran Digital Bank Indonesia se Jateng Gelar Program Sejuta Pekerja Melek QRIS
Karena kalau ini bisa dijalankan, maka pengendalian inflasi bisa lebih dilakukan, juga berpihak kepada petani lantaran harga stabil. Termasuk saat panen, harga di petani juga tidak hancur. Apalagi dari pihak Bank Indonesia (BI), yang turut membantu dalam hal alat pengolahan cabai biar awet. (03)