Beranda Daerah Pahlawan Anak Nusantara, Kisah Yusuf Punya 40 Anggota Keluarga di Kota...

Pahlawan Anak Nusantara, Kisah Yusuf Punya 40 Anggota Keluarga di Kota Semarang

Dalam sebuah rumah di perkampungan Jalan Gayamsari, Sendangguwo, Tembalang, Kota Semarang, terdapat rumah seorang warga yang selalu ramai dengan suara bayi.

Yusuf Amri (49) tahun dengan 40 anggota KK yang tinggal di Jalan Gayamsari, Sendangguwo, Tembalang, Kota Semarang. (Foto: Kamal)

Semarang, JatengNews.id – Dalam sebuah rumah di perkampungan Jalan Gayamsari, Sendangguwo, Tembalang, Kota Semarang, terdapat rumah seorang warga yang selalu ramai dengan suara bayi.

Dalam bangunan tersebut, terlihat ada plang bertuliskan Yayaysan Rumah Bayi Nusantara “Rumah Bayi Semarang”.

Bentuk bangunan rumahnya memanjang ke belakang dengan luasan 420 meter, ditinggali 21 bayi.

“Paling kecil yang tinggal disini itu usianya dua bulan dan ada yang paling besar itu dua tahun usianya,” ucap Yusuf Amri (49) selaku kepala rumah tangga, Minggu (10/11/2024).

Baca juga: Pj Gubernur Jateng Peringati Hari Pahlawan, Ajak Warga Teladi Semangat Para Pejuang

Saat ditemui di rumahnya, Yusuf menunjukan Kartu Keluarga (KK) miliknya yang mempunyai anggota keluarga 40 orang.

Jika menengok keluarga kandungnya, Yusuf memiliki seorang anak perempuan berusia 22 tahun dan seorang istri yang berusia 47 tahun.

Lantas bayi-bayi dan anak-anak lain yang masuk dalam KK miliknya, merupakan bagian dari kumpulan manusia yang telah ia perjuangkan haknya.

“Saya itu selalu tidak bisa mendengar jika orang menganggap anak-anak ini dengan sebutan ‘anak haram’, mereka ini punya hak yang sama,” ungkap Yusuf dihadapan Jatengnews.id dengan suara berat menahan tetesan air matanya.

Jika melihat latar belakang dari anak-anak yang masuk dalam KK miliknya ini, mereka lahir atau dikandung oleh ibunya di luar hubungan pernikahan.

Dari hubungan gelap tersebut, tentunya kehadiran mereka dikalangan masyarakat dianggap sebagai aib keluarga, sehingga ia ingin menjelaskan dan menyelamatkan anak-anak yang tidak berdosa tersebut.

Jiwa besar yang muncul dari Yusuf dan keluarganya ini, muncul pada kisaran tahun 2015-2016 dimana masih tinggal di daerah Jamus, Mranggen, Demak.

“Waktu itu ada seorang siswa SMA yang hamil diluar nikah kemudian diusir dari keluarganya. Awalnya tinggal dirumah, tapi warga nggak menerima, akhirnya saya sewakan kamar kos dan dijaga istri saya,” ucapnya mengawali perjuangannya.

Karena kehadiran kandungan dalam perut tersebut tidak diinginkan, sehingga rata-rata sudah dilakukan upaya-upaya yang bertujuan untuk menggugurkan kandungannya.

“Akhirnya anak tersebut (bayi dalam kandungan tersebut) tidak selamat dan meninggal dunia,” keluhnya menyesali kejadian tragis yang harus ia alami waktu itu.

Kemudian ditahun 2019, dirinya membentuk sebuah yayasan bersama teman pondoknya di waktu masih dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

“Saya bersama lima teman mondok di Assalam Solo itu, membuat ‘Yayasan Rumah Bayi Nusantara’,” ucapnya sebagai pembina yayasan tersebut.

Kelima temannya tersebut, terbagi dan membuka cabang di Jogja, Kudus dan Bali.

Yusuf sendiri, sebelumnya memang telah membuat panti asuhan, namun khusus untuk bayi dan anak-anak seperti yang dirumahnya ini baru mulai sejak tahun 2019 lalu.

Pertama kali membantu ibu hamil hingga melahirkan anaknya itu juga di tahun 2019. Waktu itu, dirinya menemukan seorang Asisten Rumah Tangga (ART) dari Jakarta yang mengandung seorang anak.

“Anak-anak disini itu sekitar 30-40 an, dari dulu awal mendirikan hingga sekarang. Kembali ke keluarga 7 anak, yang sudah sekolah 1 di pondok pesantren kita yang membiayai,” paparnya.

Untuk membiayai mereka ini, Yusuf bersama temannya menggunakan uang pribadinya. “Hampir satu tahun ini ada orang membantu sedikit-sedikit, karena memang sejak awal mengajukan proposal,” katanya.

Saya itu pernah mencoba menghitung pengeluaran dalam satu bulan itu mencapai Rp 30 juta.

Bayi yang tinggal dirumahnya ini, terlihat tidak diberikan fasilitas yang sembarangan. Mereka diberikan fasilitas AC, tempat bermain dan penjagaan pengasuh selama 24 jam terbagi menjadi tiga sift.

“Pengasuhnya ada 7 kita gaji mereka, tapi ya tidak mampu seperti gaji kerja di tempat lain,” sebutnya pihak yang membantu bayi-bayi tersebut.

Harapanya, para bayi ini bisa kembali ke pangkuan ibu kandung dan menjalani kehidupan bersama kaluarganya.

Baca juga: Semangat Hari Pahlawan, YBM PLN UP3 Semarang Bersama Srikandi dan PIKK Berbagi dengan Para Veteran Kota Semarang

“Cita-cita kami yang pertama ingin menyelamatkan hidupnya, masa depannya, nasabnya (kembali ke keluarga),” harapnya.

Selain itu, dirinya juga bercita-cita yayasannya ini bisa tutup atau tidak ada lagi anak yang lahir diluar nikah, bahkan tidak diterima keluarganya.

“Melihat mereka terlantar, dibuang, apalagi sampai meninggal dunia, saya nggak tega ketika melihatnya,” ucapnya dengan mata memerah dibarengi aliran air matanya. (Kamal-01)

Exit mobile version