Beranda Daerah Tingkat Pengganguran Terbuka di Jateng Turun Jadi 4,78 Persen

Tingkat Pengganguran Terbuka di Jateng Turun Jadi 4,78 Persen

Salah satu pencari kerja di Job Fair Boyolali 2024. (Foto:humas)

Semarang, Jatengnews.id – Kepala BPS Jawa Tengah, Endang Tri Wahyuningsih, menyampaikan tingkat pengganguran terbuka di Jateng turun jadi 4,78 persen.

Menurutnya, penurunan ini menunjukkan perbaikan pasar kerja, meskipun tantangan tetap ada, terutama di sektor informal yang kian mendominasi.

Baca juga : Forum Jateng Digital Jadi Sinergi Percepatan Digitalisasi Pemda

Menurut data BPS, tingkat pengangguran tertinggi di Jawa Tengah tercatat pada tahun 2020 dengan angka 6,48 persen, yang dipicu oleh dampak pandemi COVID-19.

Namun, angka tersebut terus turun dalam beberapa tahun terakhir, menjadi 5,95 persen pada 2021, 5,57 persen pada 2022, dan 5,13 persen pada 2023. Pada Agustus 2024, tingkat pengangguran terbuka kembali turun menjadi 4,78 persen.

“Dari 100 orang angkatan kerja di Jawa Tengah, kini sekitar lima orang masih menganggur,” ujar Endang dikutip dari Suara.com jaringan berita Jatengnews.id, Kamis (07/11/2024).

Berdasarkan data BPS, angkatan kerja di provinsi ini mencapai 21,91 juta orang pada Agustus 2024, dengan 20,86 juta di antaranya sudah bekerja. Namun, dari jumlah pekerja tersebut, 12,44 juta orang bekerja di sektor informal, naik dari 12,07 juta pada tahun sebelumnya.

Tingginya jumlah pekerja di sektor informal menandakan ketidakstabilan yang masih dihadapi oleh sebagian besar angkatan kerja di Jawa Tengah, yang berisiko pada upah dan jaminan sosial. Kabupaten Brebes menjadi wilayah dengan tingkat pengangguran tertinggi, mencapai 8,35 persen.

Endang menegaskan, meskipun penurunan tingkat pengangguran menjadi kabar baik, tingginya angka pekerja sektor informal menunjukkan perlunya strategi kebijakan yang lebih kuat untuk meningkatkan kualitas dan stabilitas lapangan kerja.

Baca juga : Pemprov Jateng Berikan Penghargaan Larwasda ke 3 Daerah dan 3 OPD

“Tingkat pengangguran terbuka merupakan indikator sejauh mana pasar kerja mampu menyerap tenaga kerja, sementara peningkatan sektor informal menunjukkan kurangnya stabilitas ekonomi yang berdampak pada ketenagakerjaan,” jelasnya. (03)

Exit mobile version