Semarang, JatengNews.id- Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang melakukan kunjungan ke salah satu UMKM potensial yang ada di Kelurahan Baran, Kecamatan Ambarawa yaitu pengrajin aksesoris pernikahan yang berbahan dasar bunga melati, Senin (3/11/2024).
Kegiatan kunjungan oleh UMKM mahasiswa KKN UIN Walisongo angkatan 83 Posko 1 ini dilakukan pada sore hari, tepat ketika ibu-ibu di Baran Dukuh Lor berkumpul di salah satu rumah pemilik usaha, yaitu Ibu Maryamah.
Menurut penuturannya, Ibu Maryamah yang telah merintis usaha meronce bunga melati menjadi berbagai macam aksesoris pernikahan sejak tahun 1989.
“Saya sudah meronce sejak kecil bersama dengan ibu saya. Lalu usaha ini saya teruskan sampai sekarang dibantu dengan ibu-ibu lainya”, ucap Bu Maryamah sambil merangkai bunga melati menjadi aksesoris yang utuh.
Kegiatan meronce bunga melati menggunakan benang menjadi aksesoris pernikahan ini biasanya dilakukan oleh ibu-ibu di Baran Dukuh Lor pada malam hari di rumah masing-masing.
Proses pembuatan aksesoris tidak dilakukan setiap hari, tetapi hanya saat mendapat pesanan.
“Biasanya kami setorkan ke Temanggung, Kudus, Pati, Jepara,” jawab Bu Maryamah.
Bunga melati yang merupakan bahan dasar dalam pembuatan produk aksesoris ini didapatkan dari daerah Weleri dan Gringsing, Kabupaten Kendal.
Selain bunga melati, pengrajin UMKM juga menggunakan potongan daun pandan, bunga kanthil, bunga mawar, dan krisan sebagai hiasan pelengkap dalam beberapa aksesoris tertentu.
Berbagai produk UMKM meronce bunga melati yang dihasilkan sebagian besar merupakan aksesoris pernikahan adat yang biasanya digunakan oleh calon pengantin, baik aksesoris mempelai pria ataupun wanita.
Produk ini meliputi keket, bando, rajut, sulu putri, sigar, pinti, dan aksesoris bunga melati yang biasanya digunakan untuk menghias keris dalam upacara pernikahan. Setiap produk aksesoris dirangkai dengan lama pembuatan yang berbeda-beda, tergantung model aksesoris yang dipesan oleh konsumen.
UMKM meronce bunga melati yang dimiliki oleh Ibu Maryamah merupakan usaha rumahan yang telah berjalan turun menurun dan dijalankan bersama dengan warga Dukuh Lor setempat.
Dalam satu tahun, Ibu Maryamah mendapatkan omset terbesar dan pesanan terbanyak pada bulan puasa dan lebaran.
Keuntungan yang diperoleh dari hasil pemasaran ini nantinya dibagikan kepada masing-masing pengrajin dan digunakan kembali untuk mengekspor bunga melati dari Kendal, sehingga perputaran usaha dapat terus berjalan.
“Belum ada e-commerce dalam proses jual beli, rata-rata pembelinya sudah langganan”, ucap Bu Maryamah.
Keterampilan meronce bunga melati yang dimiliki oleh ibu-ibu di Baran Dukuh Lor menjadikan kegiatan ini sebagai pekerjaan sampingan yang dapat memberikan penghasilan tambahan bagi masing-masing pengrajin.
“Semakin sulit modelnya, semakin mahal harganya”, ujar salah satu ibu pengrajin.
Dalam proses pembuatannya, diperlukan ketelitian dan ketelatenan agar aksesoris yang dibuat memiliki bentuk yang rapi dan siap dipasarkan ke konsumen.
Biasanya produk aksesoris yang telah jadi dikemas menggunakan daun pisang dan dimasukkan box berisi es batu untuk merawat kesegaran produk ketika dikirimkan ke konsumen.
Mahasiswa KKN UIN Walisongo Posko 1, Syifa yang mencoba belajar meronce bunga melati bersama salah satu ibu-ibu di Baran.
“Awal-awal agak rumit karena polanya panjang, tapi lama kelamaan mudah kalau udah tau polanya. Terus harus menyesuaikan besar kecil bunganya agar ukurannya sepada,” ujarnya.
Demikian informasi mengenai mahasiswa KKN Reguler angkatan 83 Posko 1 UIN Walisongo Semarang melakukan kunjungan ke salah satu UMKM potensial yang ada di Kelurahan Baran. Semoga bermanfaat. (07)