31 C
Semarang
, 6 November 2024
spot_img

Keterbatasan Bukan Penghalang Amin Hambali, Wisudawan Disabilitas Penuh Kreatifitas

Amin diwisuda bersama 557 wisudawan lainnya di Auditorium dua kampus tiga Gedung Tgk Ismail Yaqub

Semarang, JatengNews.id- Keterbatasan bukanlah suatu penghalang bagi Amin Hambali, salah satu wisudawan yang mencuri perhatian di wisuda Magister (S2) ke-61, dan Sarjana (S1) ke-94 UIN Walisongo, seorang tuna netra yang berasal dari Desa Jlumpang, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang.

Amin diwisuda bersama 557 wisudawan lainnya di Auditorium dua kampus tiga Gedung Tgk Ismail Yaqub pada Sabtu(2/22/2024).

Amin, yang merupakan anak dari almarhum Muchlasin dan Marijati, menempuh pendidikan di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang.

Keterbatasan Amin tidak menjadi penghalang untuk terus berkreatifitas.

Amin aktif untuk menulis  dan berhasil meraih juara 1 dalam perlombaan cerpen kategori tulisan paling menyentuh, serta juara kedua untuk tulisan favorit pembaca. Amin juga aktif menulis di cerpen dan buletin maupun website LPM Missi.

Baca juga: Banyak Wisudawan UIN Walisongo Lulus Cumlaude, Rektor Ajak Studi Lanjut dan Berikan Beasiswa

Dengan semangat dan keteguhan, Amin Hambali menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk mencapai impian.

Amin mendapatkan beasiswa dari sahabat mata. Program studi KPI  saat itu menjadi pilihannya dan yang menerima mahasiswa difabel di UIN Walisongo. Kemampuan Amin terus berkembang.

Dalam tugas akhirnya Amin juga berharap bisa berkontribusi dan memberikan semangat bagi teman teman difabel. Skripsi Amin berjudul “Website Kartunet.com sebagai Media Difabel Netra dalam Mengekspresikan Diri Lewat Karya Tulis Bermuatan Islam”.

Awalnya, Amin memiliki ketertarikan untuk belajar psikologi, dengan harapan dapat memahami pola pikir dan tingkah laku manusia. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa ilmu komunikasi juga sangat penting dan saling terkait.

“Belajar tentang komunikasi memberikan saya pemahaman yang lebih baik untuk menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain,” ungkapnya.

Sebagai seorang difabel, Amin menghadapi berbagai tantangan selama masa kuliahnya. Salah satu kesulitan terbesar adalah navigasi saat dikampus. Momen paling menantang muncul ketika ia harus menyusun tugas akhir.

Di saat teman-temannya juga disibukkan oleh proyek mereka, Amin merasa terisolasi saat mencari referensi dan berdiskusi.

“Meskipun teknologi memudahkan pencarian informasi, kadang saya merasa terputus dari orang lain,” jelasnya.

Pengalaman paling berkesan bagi Amin terjadi saat PBAK. Di momen itu, ia merasakan kehangatan dan dukungan dari teman-teman barunya, yang mengubah pandangannya yang sebelumnya pesimis terhadap interaksi sosial.

“Perasaan diterima sangat berarti bagi saya, mirip dengan saat berkumpul bersama teman-teman difabel,” katanya.

Keberhasilan Amin dalam menghadapi tantangan ini menunjukkan ketekunan dan keberanian yang luar biasa.

Setelah lulus, Amin berharap dapat menemani orang tuanya yang sudah lanjut usia dan melanjutkan passion-nya dalam menulis. Ia ingin merampungkan novel yang telah lama ia impikan.

Dalam menghadapi perjalanan kuliahnya yang penuh liku ini, Amin memberikan motivasi bagi rekan-rekannya. Ia mendorong mahasiswa untuk bertanya pada diri sendiri tentang alasan mereka berkuliah dan mengingat orang-orang yang berjuang mendukung mereka.

“Motivasi terbaik datang dari dalam diri. Ingatlah orang-orang yang berharap dan berdoa untuk kesuksesan kita,” tegasnya.

Baca juga: Usung Tema Moderasi Beragama, KKN UIN Walisongo Lakukan Kunjungan ke Beberapa Rumah Ibadah

Demikian informasi mengenai Amin Hambali, salah satu wisudawan UIN Walisongo yang mencuri perhatian. Semoga bermanfaat. (07)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN