Semarang, Jatengnews.id – Monumen Pertempuran Lima Hari di Semarang, yang memperingati peristiwa bersejarah dari 15 hingga 19 Oktober 1945, kini dalam kondisi memprihatinkan.
Monumen yang dikenal sebagai “Ketenangan Jiwa” terletak di ujung Pantai Baruna, bantaran sungai Banjir Kanal Barat, dan menjadi simbol perdamaian antara masyarakat Indonesia dan Jepang.
Baca juga: Senyum Bahagia Lestari, Peserta Fun Run with PLN Mobile Jelang Hari Pelanggan Nasional
Monumen ini didirikan untuk mengenang sekitar 150 jiwa yang menjadi korban dalam pertempuran tersebut.
Teks di monumen mencatat bahwa peristiwa ini juga melibatkan tawanan yang dipenjara di Lapas Bulu.
Edi Wiyanto, kakek berusia 74 tahun yang merawat monumen, mengatakan sebelum wabah covid pihaknya rutin menggelar upacara di tempat tersebut.
“Sebelum pandemi, kami rutin mengadakan upacara di sini.” jelasnya.
Namun, kegiatan tersebut kini terhenti dan akses menuju lokasi pun sulit, terutama saat musim rob yang membuat jalannya becek dan terendam air.
Edi mengharapkan perhatian pemerintah untuk memperbaiki akses dan merawat monumen ini sebagai objek wisata. Ia mengungkapkan bahwa lokasi ini pernah ramai dikunjungi, termasuk oleh warga Jepang yang datang untuk melakukan penghormatan.
Baca juga: Pasangan Teguh-Bambang, Daftar Bakal Calon Wali Kota Hari Terakhir
“Sudah dua tahun lebih, tidak ada perhatian dari pemerintah,” ujarnya,
Dia berharap agar warisan sejarah ini bisa kembali diperhatikan dan dilestarikan.(kamal-02)