Beranda Headline Elektabilitas Yoyok-Joss 55,82 Persen Unggul dari Agustina-Iswar di Pilwakot Semarang

Elektabilitas Yoyok-Joss 55,82 Persen Unggul dari Agustina-Iswar di Pilwakot Semarang

Elektabilias pasangan Yoyok-Joss ungguli pesaingnya dari pasangan Agustin-Iswar di Pilwakot Semarang 2024.

Dosen FISIP UIN Walisongo Nur Syamsudin saat menjadi pembicara FGD yang digelar oleh (FOMOS) dengan tema "Membaca Peta Politik Pilwakot Semarang 2024 Jilid 4 Kemana Arah Pemilih Muda Gen Z?" yang digelar di Rumah Popo Kota Lama Semarang, Kamis (26/9/2024) sore. (Foto: Shodiqin)

Semarang, JatengNews.id – Elektabilias pasangan Yoyok-Joss ungguli pesaingnya dari pasangan Agustin-Iswar di Pilwakot Semarang 2024.

Berdasarkan hasil survei Yoyok-Joss sebesar 55,82 persen, jauh di atas Agustina-Iswar dengan elektabilitas 28,64 persen. Sementara masih ada 15,54 persen yang belum menentukan pilihan.

Hal itu disampaikan , Joko J Prihatmoko peneliti Echo Location Survey & Strategies dalam FGD Forum Media Online Kota Semarang (FOMOS) dengan tema “Membaca Peta Politik Pilwakot Semarang 2024 Jilid 4 Kemana Arah Pemilih Muda Gen Z?” yang digelar di Rumah Popo Kota Lama Semarang, Kamis (26/9/2024) sore.

Baca juga: Elektabilitas Yoyok-Joss Unggul Dibanding Agustin-Iswar di Pilwakot Semarang 2024

“Pasangan calon Agustina Wilujeng-Iswar Aminuddin sebesar 28,64 persen dan Yoyok Sukawi-Joko Santoso 55,82 persen. Adapun pemilih yang tidak menjawab dan/atau belum menentukan pilihan sebesar 15,54 persen,” tambah Joko sapaan akrabnya.

Menurutnya, peta pilihan pemilih terhadap pasangan calon masih dinamis. Hal ini ditandai dengan besaran pemilih yang masih mengubah pilihan (swing voter) sebesar 33,49 persen dan pemilih tidak mengubah pilihan (strong voters) sebesar 66,51 persen.

“Artinya, sepertiga pemilih masih mungkin mengubah pilihan menjelang pemungutan suara pada 27 November 2024,” ungkap Joko yang juga dosen Ilmu Politik Universitas Wahid Hasyim Semarang (Unwahas) tersebut.

Survei Echo Location Survey & Strategies ini dilakukan mulai 7 hingga 15 September 2024 dengan jumlah responden sebanyak 1.200 warga Kota Semarang yang masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT).

Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan batas kesalahan (margin of error) + 2,7 persen pada tingkat kepercayaan (level of confidence) 95 persen. Dalam survei ini ada sampel yang sulit ditemui, tidak berkenan diwawancara, dan keluar kota, sehingga total responden sebanyak 1.142 orang.

Suara Generasi Muda dan Perempuan

Menanggapi hasil survei ini, pengamat politik Universitas Diponegoro Semarang, Wahid Abdulrahmah mengatakan, bahwa salah satu menjadi kunci kemenangan dalam Pilwakot Semarang ialah suara generasi milenial dan generasi Z yang jumlahnya mencapai 54 persen.

Menurutnya, masing-masing kandidat bisa mengambil suara pemilih muda melalui gagasan atau program yang kemudian dikemas dengan menarik dan kreatif melalui kampanye di media sosial. Namun dua hal ini harus didukung oleh figur atau ketokohan dari masing-masing paslon.

“Yang bisa menarik dari para paslon adalah gagasan paslon. Kedua adalah media, milenial dan Gen Z adalah pemakai media sosial. Terakhir adalah figure,” ungkap dia.

Sejauh pengamatannya, dari kedua pasangan calon yang berkontestasi di Pilwakot 2024, semuanya melakukan pendekatan dengan generasi muda di media sosial. Namun gagasan atau program yang ditawarkan belum menyentuh persoalan dan kebutuhan anak muda.

“Kalau dari dua pasangan calon saya lihat belum ada spesifik melihat gagasan bagaimana membangun sumber daya manusia ke depan,” kata pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro tersebut.

Baca juga: Momen Romantis Yoyok Disuapin Istri di Pasar Ikan Tambaklorok Semarang

Menurut pengamat politik UIN Walisongo Semarang, Nur Syamsuddin, ada beberapa persoalan generasi muda yang bisa dijadikan perhatian dari kedua paslon dalam menggalang dukungan. Misalnya terbukanya akses lapangan pekerjaan yang luas dan merata.

“Milenial dan generasi Z memang menjadi perhatian, apa sih yang diinginkan? Yaitu soal pekerjaan. Maka para paslon perlu mendekati mereka dengan cara memberikan kemudahan pekerjaan dan hidup,” ucap dia.

“Kedua adalah isu soal lingkungan menjadi perhatian mereka, seperti banjir, cuaca yang tidak baik bisa membuat mereka tidak bisa kemana-mana. Kemudian program yang berhubungan dengan teknologi dan inovasi,” imbuh Nur Syamsuddin.

Selain itu, menurutnya, pola pikir generasi muda cenderung pragmatis, sehingga tidak tertarik dengan wacana politik. Generasi muda lebih menyukai program yang sesuai dengan hobinya, misalnya keberadaan ruang publik dan akses internet gratis.

“Selain itu generasi muda juga belum tertarik dengan politik. Mereka lebih seneng dengan calon yang menawarkan kemudahan hidup, kalua perlu semua digratiskan,” ungkapnya. (01)

Exit mobile version