Magelang, Jatengnews.id – Konsep yang begitu menarik tentang instalasi dekorasi alam juga digunakan pada perhelatan Festival Lima Gunung XIII tahun ini. Dalam Festival yang berlangsung mulai Selasa (17/9/2024) hingga Minggu (29/9/2024) tersebut, mereka memilih semut sebagai tokoh utama dalam instalasi dekorasi alam.
“Ide awal konsep dekorasinya itu dari sebuah tembang macapat yang liriknya Semut Ireng, Anak-anak Sapi. Itu kan aneh, ketika semut hitam yang ukurannya kecil punya anak sapi yang ukurannya besar. Tapi itu terjadi. Pas dengan tema kali ini yaitu ‘Wolak Waliking Zaman Kelakone’. Bisa dipahami bahwa sesuatu yang tak terduga pun bisa terjadi,” kata Ketua Komunitas Lima Gunung, Sujono dikutip dari laman resmi Pemprov Jateng, Rabu (25/09/2024).
Baca juga : Mas-Mbak Jawa Tengah Diharapkan Mampu Tingkatkan Kunjungan Pariwisata
Sujono mengatakan hampir seluruh kegiatan FLG dekorasi panggungnya menggunakan instalasi berbahan dari alam. Bahkan replika semut ireng yang akan ditampilkan di atas panggung juga terbuat dari bahan alam yaitu ijuk hitam sebanyak 25 buah.
“Saya sengaja buat replika semut menggunakan bahan alam. Untuk semut yang dibuat dengan bahan bambu akan saya buat sebanyak-banyaknya 24 buah. Konsepnya semut itu sedang memegang handphone dengan berbagai posisi. Sedangkan satu ekor semut yang berukuran besar saya buat menggunakan ijuk hitam,” jelasnya.
Ia menjelaskan, 24 semut yang dibuat memegang handphone adalah gambaran kondisi saat ini ketika manusia sudah sangat bergantung dengan teknologi. Sedangkan semut besar berwarna hitam adalah pemimpin yang akan membimbing dan mengingatkan jati dirinya sebagai seekor semut.
“Walaupun banyak semut yang pegang HP, namun tetap ada satu semut hitam yang berukuran besar yang akan mengingatkan mereka agar tidak lupa terhadap jati dirinya sebagai seekor semut. Semut itu kan terkenal makhluk yang suka gotong-royong, sopan setiap ketemu pasti bersalaman dan masih banyak lagi,” imbuhnya.
Sujono membuat instalasi dekorasi berbahan alam sejak 1995. Bahan-bahan alam yang biasa ia pergunakan untuk membuat instalasi dekorasi adalah bambu, pohon cabai, pohon jagung, akar tembakau, dan jerami. Bahan-bahan itu dipilih karena menurutnya tidak akan mencemari lingkungan ketika bahan itu selesai digunakan.
“Ketika sudah selesai perhelatan, bahan dekorasi dari alam ini kan bisa membusuk dan terurai menjadi kompos. Tidak mencemari lingkungan. Berbeda dengan plastik. Sampai bertahun-tahun kalau plastik itu tidak bisa terurai,” katanya.
Baca juga : Bazar UMKM Wisata Noyo Gimbal Sedot Perhatian Warga Blora
Dengan instalasi dekorasi alam ini Sujono juga turut mengajak seluruh masyarakat agar kembali mencintai dan peduli terhadap lingkungan. Karena menurutnya alam bukan hanya milik manusia saat ini, namun juga milik anak cucu kelak. (03)