Beranda Pendidikan SCU Identifikasi Faktor Penyebab Stunting di Demak

SCU Identifikasi Faktor Penyebab Stunting di Demak

Webinar SCU “Pendataan Berbasis Sensus Untuk Model Penanganan Stunting: Studi Integratif Sanitasi, Infeksi Kronis, dan Perilaku Keuangan”  Rabu (18/9/2024). (Foto: Tangkapan layar)

Semarang, JatengNews.id – Soegijapranata Catholic University (SCU) berhasil mengidentifikasi faktor penyebab fenomena stunting di Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak.

SCU berhasil identifikasi faktor penyebab stunting melalui hasil penelitian dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) SCU dalam pemaparan Webinar “Pendataan Berbasis Sensus Untuk Model Penanganan Stunting: Studi Integratif Sanitasi, Infeksi Kronis, dan Perilaku Keuangan”  Rabu 18 September 2024.

Ketiga akademisi tersebut mengidentifikasi bahwa gizi buruk, akses sanitasi yang kurang memadai, serta pola perilaku belanja dan konsumsi masyarakat menjadi faktor penyebab stunting.

Baca juga: Rektor SCU Tekankan 3 Karakter Penting di Puncak Dies Natalis ke 42 Tahun

Hasil penelitian yang dipaparkan nantinya bakal digunakan untuk merumuskan model intervensi yang efektif dan tepat sasaran untuk mengatasi stunting, khususnya di Kabupaten Demak.

Dosen Program Studi Akuntansi SCU, Linggar Yekti N, PhD menilai pengelolaan keuangan yang disiplin, perencanaan yang matang, dan alokasi sumber daya yang tepat adalah kunci dalam upaya mencegah dan menangani stunting.

Peningkatan pemahaman mengenai prioritas pengeluaran keluarga, terutama dalam hal kesehatan dan nutrisi, menjadi langkah penting untuk menurunkan prevalensi stunting.

“Pengelolaan keuangan keluarga dan perilaku konsumsi merupakan 2 hal temuan yang menarik. Baik keluarga dengan anak stunting maupun yang bukan mempunyai prioritas konsumsi yang berbeda. Hal ini mengindikasikan adanya ketidakseimbangan dalam alokasi pengeluaran yang mungkin berkontribusi pada kondisi kesehatan anak,” ucap Linggar.

Di sisi lain, Dosen Program Studi Teknik Elektro, Dr. Ir. Fl. Budi Setiawan menyoroti pentingnya perbaikan sistem sanitasi sebagai salah satu langkah pencegahan stunting. Penyediaan air bersih menurutnya menjadi fokus utama, dengan syarat air yang jernih, tidak berbau, dan bebas dari zat berbahaya.

“Pengolahan air juga menjadi isu penting, dengan teknik penyaringan mekanis, karbon aktif, dan sterilisasi UV yang diusulkan untuk meningkatkan kualitas air di daerah-daerah yang terdampak stunting,” tegasnya. Dalam hal pengolahan air limbah, pengolahan primer hingga desinfeksi juga perlu diperbaiki untuk mencegah penyebaran penyakit yang terkait dengan sanitasi buruk.

Walau begitu, ia juga melihat perubahan iklim serta ketersediaan sumber daya alam menjadi tantangan utama yang dihadapi dalam pengolahan air bersih.

Kesehatan

Menurut keterangan dosen Fakultas Kedokteran (FK), dr. Jonsinar Silalahi, penelitian tersebut melibatkan sebanyak 245 anak dengan 127 di antaranya merupakan penderita stunting.

Baca juga: Fakultas Psikologi SCU Bersama Yayasan Pendidikan Astra Deklarasikan Sekolah Ramah Anak di IKN

Ia menemukan ada perbedaan frekuensi pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) dan ASI eksklusif antara keluarga dengan anak penderita stunting dengan yang bukan.  Keluarga anak penderita stunting memberikan MPASI dan ASI eksklusif lebih rendah dibandingkan keluarga tanpa stunting.

Walau begitu, baik keluarga dengan anak penderita stunting maupun yang tidak sama-sama mempunyai kesadaran yang tinggi atas pentingnya layanan kesehatan dasar. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya frekuensi kunjungan anak mereka ke posyandu. (01)

Exit mobile version