27 C
Semarang
, 6 November 2024
spot_img

Lestarikan Budaya Tanpa Meninggalkan Agama, KKN UIN Walisongo adakan Ngaji Budaya

Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang Posko 13 adakan ngaji budaya sebagai bentuk ekspresi kebudayaan dan moderasi beragama di Indonesia.

Kendal, JatengNews.id – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) MIT ke 18 Posko 13 Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang adakan program kerja ngaji budaya sebagai bentuk ekspresi kebudayaan dan moderasi beragama di Indonesia.

Acara tersebut dilaksanakan di aula balaidesa Sendangdawuhan, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal, Sabtu  (27/7/2024).

Pemateri dalam acara ngaji budaya yaitu Purwati yang merupakan Kepala Sekolah SD Negeri 2 Sendang Dawuhan dan Suwariyah selaku Tokoh Adat di Desa Sendang Dawuhan.

Acara diawali dengan pembukaan yang disampaikan oleh Kinto Tri Hamda dan Faizatul Ulya selaku Master of Ceremony. Dilanjut dengan sambutan yang disampaikan Waryono selaku Kepala Desa Sendangdawuhan.

Waryono berharap dengan adanya ngaji budaya ini, masyarakat dapat menambah pengetahuan yang mendalam demi melestarikan tradisi kalang obong yang memang sudah dilaksanakan turun temurun oleh para leluhur mereka.

Baca juga: Tingkatkan Kesadaran Pentingnya Cegah Stunting, Tim II KKN Undip Gelar Edukasi dan Skrining Stunting di Desa Kacangan

Purwati, Kepala sekolah SD Negeri 2 Sendangdawuhan yang juga merupakan keturunan kalang menyampaikan mengenai sejarah asal usul tradisi kalang, tujuan tradisi kalang, daerah – daerah yang masih melestarikan tradisi kalang, alasan mengapa tradisi tersebut masih dilaksanakan hingga sekarang dan juga prosesi pelaksanaan tradisi kalang obong tersebut.

“Kalang obong ini merupakan budaya, bukan kepercayaan, percaya atau tidaknya dikembalikan ke masing – masing individu. Tradisi kalang obong dilaksanakan melalui prosesi pembakaran barang – barang yang memang menjadi peninggalan almarhum seperti pakaian, kasur, tas , sepatu, perhiasan dan sebagainya,” terangnya.

Sementara itu dukun kalang obong yang akrab disebut Dukun Sonteng, Suwariyah juga memaparkan mengenai apa saja yang harus disiapkan untuk dijadikan sesajen serta urutan prosesi kalang obong dari awal hingga puncak prosesi yakni pembakaran barang – barang arwah dan penyebaran uang koin.

“Biasanya isian sesajen itu ada bebek, buah buahan, biji bijian dan masih banyak lagi. Setelah ritual sajen dibacakan, patung boneka dibawa dan diputarkan mengelilingi rumah selama 3x putaran lalu disimpan di kamar. Untuk pembakaran barang – barang arwah dilakukan keeseokan harinya, biasanya pukul 03.00 WIB pagi,” jelasnya.

Antusiasme warga dalam mengikuti acara ngaji budaya terlihat dari banyaknya peserta yang ingin bertanya dan mengetahui lebih mendalam mengenai tradisi kalang obong tersebut. Baik hambatan, tantangan, maupun akibat yang akan didapatkan jika terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pemberian sesajen dan barang barang yang diperlukan.

Koordinator desa, Helmy berterimakasih kepada warga dan peserta yang turut hadir menyukseskan acara ngaji budaya ini. Ia berharap warga Sendangdawuhan, khususnya kalangan muda mampu melestarikan dan menjaga tradisi kalang obong yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.

Alifa Nur Fitri selaku dosen pembimbing lapangan  menambahkan kegiatan ini merupakan wujud dari penerapan moderasi beragama mahasiswa KKN, dimana dalam salah satu pilar  moderasi beragama adalah penerimaan dan akomodatif terhadap kekayaan budaya lokal. Dalam konteks ini adalah budaya kalang obong yang ada di Desa Sendangdawuhan Kendal.

Baca juga: Wujudkan Keselamatan Kerja, Tim II KKN Undip Edukasi Pentingnya K3 dan Berikan APD Pengelasan

Demikian informasi mengenai mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) MIT ke 18 Posko 13 Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang adakan program kerja ngaji budaya. (07)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN