30 C
Semarang
, 20 September 2024
spot_img

“Murni” dan “Yang Tergerus Waktu” Jadi yang Terbaik di Festival Film Purbalingga 2024

Film pendek fiksi "Murni" karya siswa SMK HKTI 2 Purwareja Klampok dan film dokumenter pendek "Yang Tergerus Waktu" menyabet gelar terbaik pada Festival Film Purbalingga 2024, Sabtu (27/7/2024).

Purbalingga, Jatengnews.id – Film pendek fiksi bertajuk “Murni” menyabet film terbaik di Festival Film Purbalingga (FFP) 2024. Film ini disutradarai Revita Dwi Meysaputri produksi Hika Production SMK HKTI 2 Purwareja Klampok Banjarnegara.

Sementara film dokumenter pendek terbaik disabet ”Yang Tergerus Waktu” sutradara Seno Aulia Wijayanto produksi Sinemadoea SMA Negeri 2 Purwokerto. Penghargaan diserahkan saat malam penganugerahan pada Sabtu, 27 Juli 2024 di Bioskop Misbar Purbalingga.

”Seneng, bahagia banget, terharu, ya pokoknya campur aduk. Ini kan sebuah pembuktian kami pada teman-teman, sekolah, dan orang tua. Ya saya berharap film Murni bisa mengikuti festival-festival film yang lain di Indonesia,” ungkap Revita Dwi Meysaputri.

Dewan Juri fiksi adalah, Arie Kartikasari, Joko Mulyanto SPd MPd, dan Dr Santi Dwi Astuti STP MSi. Tika mewakili Dewan Juri menilai “Murni”, film terbaik tahun ini memiliki struktur cerita yang lengkap dan menarik.

“Meskipun film menampilkan isu kehilangan, impian, serta stigma sosial, namun drama komedi tentang hubungan ayah dan anak ini, membuat hal yang seolah berat untuk dibicarakan, menjadi lebih hangat,” ujarnya.

Sementara Seno Aulia Wijayanto, mengaku kaget usai diumumkan film dokumenternya jadi yang terbaik. Ia tak menyangka filmnya bakal meraih kategori terbaik.

”Kaget sekaligus senang, baru pertama membuat film bisa menjadi yang terbaik. Ini jadi tanggung jawab besar ya, selain karya kami harus dikelilingkan ke berbagai festival, juga harus mampu menyiapkan adik-adik kelas untuk berkarya lebih bagus lagi,” ujar pelajar SMA Negeri 2 Purwokerto.

Mewakili dewan juri kompetisi dokumenter, Chonie Prysilia mengatakan, film dokumenter terbaik FFP 2024 memiliki potensi memainkan peran meningkatkan kesadaran masyarakat akan sebuah fenomena seni rupa yang tidak populer didiskusikan terutama di kalangan generasi muda.

”Menonton film ini, kita diingatkan pada sebuah masa di mana seni rupa begitu dekat, bahkan menjadi bagian hidup masyarakat kebanyakan dan seniman mampu memenuhi kebutuhannya dengan berkarya,” tutur sutradara dan produser animasi. Disamping Chonie, juri dokumenter adalah, Maryono SPd MSi dan Manunggal K. Wardaya.

Baca juga: Purbalingga Didorong Bentuk Pusat Rehabilitasi Bagi Pengguna Narkoba

Dewan juri dokumenter mengajak para pelajar agar tidak ragu untuk memberikan perspektif yang khas akan diri mereka sendiri dengan mengangkat isu-isu yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dalam apapun karyanya, termasuk film. Untuk itu, Dewan Juri bersepakat memberikan Penghargaan Khusus Dewan Juri untuk film ”Roleplay” sutradara Daffa Aqilla Hanip produksi Dreams Cinema Smara SMA Negeri Padamara Purbalingga.

Pada kategori Film Favorit Penonton, untuk fiksi diraih “Murni” sutradara Revita Dwi Meysaputri produksi Hika Production SMK HKTI 2 Purworejo Klampok Banjarnegara dan untuk dokumenter “Seteguk Warisan” sutradara Fitriana Azzahra produksi Smadi@ SMA Ya Bakii Kesugihan Cilacap.

Dua penghargaan yang tak kalah penting yaitu penghargaan ”Lintang Kemukus”. Penghargaan ini diberikan kepada individu maupun kelompok yang secara nyata berkontribusi atas kesenian dan kebudayaan di Banyumas Raya dalam berbagai aktivitasnya. 

Penghargaan “Lintang Kemukus” tradisi diberikan kepada Saimun, seorang pelaku seni tradisi asal Cilacap. Sementara ”Lintang Kemukus” modern dipersembahkan untuk Ugo Untoro, perupa asli Purbalingga yang mendunia.

Pamong Budaya Alhi Madya Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X Jawa Tengah, Asmara Dewi menganggap FFP sangat luar biasa karena mampu membuat anak-anak muda antusias dan bersemangat dalam berkarya.

“Ini harus menjadi inspirasi bagi anak-anak muda lain di luar Banyumas Raya untuk berkarya dengan serius,” ungkapnya.

Pada kesempatan itu diluncurkan buku Modul Pelatihan Produksi Film Komunitas untuk Film Fiksi dan Dokumenter. Ini mengawali guru-guru pembina ekstrakulikuler sinematografi di wilayah Banyumas Raya mempunyai pegangan dalam mengajar secara mandiri.

Untuk semakin menghangatkan suasana Malam Penganugerahan, selain pementasan seni tradisi Dhaeng dari Desa Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, juga grup band Vibration.

FFP 2024 terlaksana atas dukungan Kemdikbudristek, Dana Indonesiana, LPDP, Bioskop Misbar Purbalingga, Sangkanparan Cilacap, Art Film Picture Banjarnegara, dan Hompimpaa Banyumas. Info selengkapnya dapat diakses melalui festivalfilmpurbalingga.id.***

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN