Semarang, JatengNewsi.id – Puluhan orangtua siswa SMPN 1 Semarang ancam tuntut Dinas Pendidikan menganulir piagam sertifikat syarat PPDB Jateng.
Orangtua siswa SMPN 1 Semarang minta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng pulihkan nama baik anak-anaknya.
Akibat dari kasus ini, nama orang tua dan siswa mendapatkan tanggapan yang kurang baik di masyarakat. Padahal orang tua dan siswa menjadi korban soal piagam palsu.
Sebagai informasi, dalam kasus piagam palsu ini, para orangtua 69 siswa yang piagam prestasinya dianulir keabsahannya oleh Pemprov Jateng.
Pasalnya belum ada keputusan dari pengadilan terkait status piagam, sehingga keputusan tersebut dinilai tidak memiliki kekuatan hukum.
“Kenapa belum ada keputusan hukum atau kekuatan hukum tapi anak anak sudah mendapatkan sanksi dari peristiwa, apalagi proses masih pengumpulan data dan belum ada pengadilan,” ujar Indah, salah seorang perwakilan orangtua, Sabtu 13 Juli 2024.
Baca juga: PPDB Jateng Geger Piagam Palsu, Orang Tua Ngotot Anaknya Harus Tetap Lolos
Lebih lanjut Indah menegaskan jika para orangtua juga baru tahu jika piagam bermasalah di hari terakhir pendaftaran.
Dia juga menampik bahwa sejak awal pemakaian piagam palsu disengaja sejak awal.
“Saat verifikasi tidak bisa diganti, nama anak-anak juga masih ada dalam PPDB. Tapi ada beberapa orang tua yang akan mendaftar ulang, tidak bisa,” tambah dia.
Kemudian Indah membeberkan, 69 anak dianulir secara offline oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng.
Padahal seharusnya sejak awal semua proses PPDB ini dilakukan lewat sistem.
“Harusnya kalau online tidak bisa bisa dilakukan secara offline, kondisi anak tentu shock. Bahkan mereka mendapatkan bullyan dan hinaan, mental mereka jatuh. Padahal mereka berjuang latihan pagi sampai malam,” keluhnya.
Oleh karena itu dikarenakan kecewa, pihaknya mengancam Disdikbud Jateng dengan membawa kasus dianulirnya puluhan siswa sekolah tersebut lantaran dugaan piagam palsu.
“Tentu sebagai orang tua kami tidak menerima, karena ini melukai perasaan anak-anak kami,” katanya.
Akan Digugat
Di sisi lain, Indah juga bercerita lebih detail jika dia menerima piagam dari sekolah pada 11 Juni, dalam bentuk legalisir dari pihak sekolah.
Sementara piagam Marching Band di event internasional yang diikuti secara offline yang diselenggarakan Malaysia, dimiliki sekolah. Anehnya lagi, prestasi para siswa ini juga diposting di sosial media sekolah.
“Kita tidak ragu menggunakan karena ada legalisir dari sekolah, juga ada Dinas Pendidikan Kota yang mengetahui,” tambah dia.
Selain itu begitu permasalahan mencuat, para orangtua juga langsung mengaku geram dengan sosok yang diduga kuat jadi penyebab adanya piagam palsu yakni sang pelatih Marching Band bernama Suroso.
Usai ketahuan kalau palsu, Indah dan para orangtua murid lain sempat memarahinya secara langsung kendati setelah itu menghilang.
“Kami sempat marah-marah. Dia hanya bilang, “Saya juga bingung.” Habis itu kabur nggak tahu di mana,” katanya.
Indah lalu menambahkan, Disporapar Jateng menyatakan jika Suroso sempat mengakui perbuatannya yang mengunah tingkat juara SMPN 1 yang sebetulnya juara 3 menjadi juara 1.
“Disporapar Jateng, bilang kalau pelatih mengakui sebenarnya tim dari SMP N 1 itu juara 3, tapi di piagam ditulis juara 1. Katanya Suroso, sengaja melakukan itu,” katanya.
Adapun masalah ini, menurut Indah bukan kesalahan dari anak-anak ataupun orang tua siswa. Melainkan kesalahan Suroso.
Baca juga: Komisi X Soroti Maraknya Dugaan Piagam Palsu di PPDB 2024
Pihaknya meminta agar pemerintah bisa memulihkan nama baik anak-anak yang saat ini terkena sanksi sosial dari masyarakat.
Suroso si pelatih Marching Band sendiri, selain mengajar di SMP N 1 Semarang, juga mengajar di SD N Ngaliyan 1. Bahkan ada informasi dia juga mengajar di Akpol.
“Proses berjalan nanti akan ketahuan kok pelatih yang salah. Kami ada rencana menggugat karena ini cacaat hukum,” ujarnya.
Imbas dari permasalahan ini, Indah sebetulnya sudah setengah pasrah dan terakhir, katanya, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu akan memfasilitasi siswa di sekolah swasta.
Mengenai hal itu, Indah memberikan apresiasi atas langkah Pemkot Semarang. Menurutnya, tidak semua orang tua siswa berasal dari keluarga yang mampu.
“Tapi tujuan kami adalah ingin memperoleh keadilan, misal kita mau dibantu tentu kami berterimakasih,” tandasnya.
Demikian informasi, puluhan orangtua siswa SMPN 1 Semarang ancam tuntut Dinas Pendidikan menganulir piagam syarat PPDB Jateng. (01)