33 C
Semarang
, 20 September 2024
spot_img

Festival Budaya sebagai Jalan Konservasi Mata Air Sikopyah di Desa Serang

Festival Gunung Slamet menjadi sarana konservasi lingkungan khususnya sumber mata air Sikopyah.

Purbalingga, JatengNews.id – Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga menggelar Festival Gunung Slamet yang ke-7, Jumat hingga Minggu, 12-14 Juli 2024. Festival berbalut event seni budaya ini kembali mengetengahkan ritual pengambilan mata air Sikopyah di lereng Gunung Sikopyah Dusun Kaliurip.

Pengambilan mata air yang menjadi sumber kehidupan warga desa merupakan napak tilas perjalanan leluhur di masa silam. Ini sebagai simbol pentingnya sumber mata air untuk warga sekitar lereng Gunung Slamet.

“Dahulu kala, leluhur kami mengambil air dengan menggunakan lodhong, bambu besar untuk wadah, terus dipikul dari lereng gunung sampai ke rumah untuk kebutuhan keluarga,” kata Samsuri, pemangku adat Desa Serang, yang memimpin prosesi pengambilan mata air.

Hari ini, warga tak perlu lagi berpeluh keringat mengais mata air dari sumbernya. Mereka cukup memutar keran lalu air mengalir.

Desa mengelola mata air Sikopyah dengan cara menampung dan menyalurkannya ke rumah-rumah warga. Dengan debit 36 liter per detik yang stabil di musim kemarau sekalipun, mata air Sikopyah mampu mengairi tiga desa.

“Sebulan warga membayar iuran Rp 10 ribu untuk pemeliharaan,” kata dia.

Sugito, Kepala Desa Serang, mengatakan, untuk melindungi mata air Sikopyah, Desa membuat kesepakatan dengan warga agar tidak membuka lahan pertanian di sekitar sumber mata air. Desa juga melarang penebangan pohon di kawasan konservasi mata air.

“Ada sanksi berupa denda Rp 5 juta,” ujarnya.

Baca juga: Ketat! Pengawasan Pemutakhiran Data Pemilih di Purbalingga Oleh Bawaslu

Ia menambahkan, jika kelak kesepakatan lisan tak cukup melindungi kawasan konservasi mata air Sikopyah, maka ia akan membuat peraturan desa secara tertulis untuk memperkuat upaya perlindungan. Namun sejauh ini, ia menilai kesepakatan itu cukup ditaati warga.

“Karena kami punya kesadaran yang sama akan pentingnya melindungi sumber mata air Sikopyah,” ucapnya.

Prosesi pengambilan mata air Sikopyah dilakukan pasangan lelaki dan perempuan. Sebanyak 70 pasang atau total 140 orang muda mudi yang mewakili tiap dusun berbaris melintasi pematang sawah yang ditanami sayuran dan juga tembakau.

Mereka melintasi jalan turun dan menanjak menuju sumber mata air Sikopyah. Setelah berjalan sekitar 30 menit, mereka sampai di sumber mata air yang dinaungi gubuk beratap jerami dan bertiang bambu.

Di sekitar sumber mata air pepohonan dan rumpun bambu tumbuhan h mengelilingi tuk Sikopyah. Kawasan konservasi yang diklaim mencapai dua hektare ini dijaga bersama dan dimasukkan dalam ritual budaya agar terus diingat generasi penerus warga setempat. Budaya di Desa serang menjadi sarana konservasi lingkungan, khususnya sumber mata air Sikopyah.(05)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN