Semarang, Jatengnews.id – Teater Lingkar telah pentaskan dengan judul Laron karya Prie GS di Ponpes Az Zuhri, Tembalang, Semarang Senin (1/7/2024).
Dengan ciri khas konsep dramarturgi ringan, Laron yang digarap apik oleh Maston Lingkar ini menghibur para santri dan pengunjung yang datang langsung ke ponpes tersebut.
Dikisahkan Laron adalah seorang sosok Laron Sepuh (diperankan Eddy Morphin) yang dalam hidupnya sangat gila harta dan takut mati. Hingga membuat Laron Sepuh hanya berusaha menumpuk harta dan segala hal duniawi saja.
Baca juga: Teater Lingkar Gelar Pementasan Lakon “Sang Panggung”
Sementara laron-laron lain yang di bawah kepemimpinan Laron Sepuh, merasa bingung dengan kondisi mereka karena harus mematuhi apa yang jadi pilihan hidup Laron Sepuh.
Namun di tengah kebingungan laron-laron prajurit, muncul tokoh Mursid (diperankan Maston Lingkar) yang memberi petunjuk dalam konsep hidup laron-laron.
“Kenapa bingung menentukan arah ‘terbang’ kalau penerbangan yang paling indah itu menuju cahaya. Karena di sanalah sayap-sayap kita akan rontok dan fana,” kata Mursid.
Dari jawaban ini laron-laron menyadari bahwa selama ini mereka salah menentukan arah terbang, sehingga kebingungan menjalani peran hidup mereka. Laron-laron merasa, bahwa selama ini mereka kerap terbang menuju ke banyak cahaya. Padahal ternyata hanya satu cahaya yang benar dan layak untuk dituju.
“Sekarang ini banyak yang mengaku ustaz, kiai, pemuka agama, yang mana mereka hanya bermodalkan kostum dan penampilan belaka. Tentang ilmu agamanya perlu ditanyakan lagi. Ini mengingatkan kita, supaya kita jangan terkecoh dengan casing, tapi lupa pada isi. Sehingga kita yang mengugemi mereka, malah salah arah dalam menjalani hidup. Menciptakan kebingungan-kebingungan,” kata Maston Lingkar Sutradara naskah teater “Laron” ini usai acara.
Keresahan para laron-laron yang ditampilkan dalam cerita naskah drama “Laron”, sebenarnya juga dirasakan masyarakat saat ini.
Di tengah era post-truth atau pascakebenaran, budaya politik, agama, hukum, maupun sosial budaya perdebatannya lebih mengutamakan emosi dan keluar dari inti kebijakan.
Bahkan parahnya, apa yang diyakini publik sebagai kebenaran, maka itulah kebenaran. Sehingga ada ungkapan bahwa kesalahan atau kebohongan yang diungkapkan berulang-ulang atau oleh banyak orang atau kekuasaan, bisa saja dianggap menjadi kebenaran.
Baca juga: 44 Tahun Teater Lingkar Semarang Dirayakan Sederhana dan Guyub
“Dalam konteks lakon drama “Laron” ini, banyak pemimpin agama yang memiliki ilmu mumpuni, tapi mereka malah gak populer karena memang gak main sosial media. Padahal merekalah sebenarnya sosok-sosok yang sebenarnya mempelajari dan memahami betul tentang ilmu agama melalui proses panjang. Mereka inilah yang seharusnya layak dijadikan guru di tengah modernisasi dan era dengan perkembang teknologi yang sangat pesat,” tambah Maston Lingkar.
Dalam pementasan yang berakhir hingga larut ini, menampilkan Maston sebagai Mursid, Eddy Morphin (Laron Sepuh), Roso Power (Bujang), dan Budi Bobo, Sari, Prieh Raharjo, Pay, Kundhori, Jibril (sebagai Laron-laron).(02)