Ketelatenan ibu-ibu membuat sanggul menjadikan Sine dikenal sebagai Kampung Produksi Sanggul yang banyak diminati. Mulai model tradisional hingga modern, Sanggul Sine menjadi jujukan masyarakat mulai dari para pedagang, komunitas sinden hingga artis
WAKTU menunjukkan sekitar pukul 19.00 WIB malam, Kamis 26 Juni 2024. Sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan Kantor JNE Sragen. Tepatnya di Jalan Ahmad Yani Nomor 29 Lor Poltabes Kota Sragen Jawa Tengah.
Pintu depan mobil sebelah kiri terlihat terbuka dan keluarlah sosok Nunung Tri Mulyani (43) dengan membawa satu box paket. Meski terlihat cukup lelah, Nunung sapaan akrabnya akhirnya bisa bernafas lega. Sebab, paket yang sudah dipesan reseller sejak 3 (tiga) hari sebelumnya sudah selesai dibuat dan tiba di Kantor JNE Pusat Kota Sragen.
Baca juga: Tingkatkan Ekspor, 20 UMKM Pameran ke 35 Konjen 18 Buyer di Bali
Ibu dua anak ini mengaku, keberadaan Kantor JNE di Jalan Ahmad Yani Nomor 29 Lor Poltabes Kota Sragen sangat membantu pekerjaannya. Sebab, Kantor JNE yang ia datangi dibuka mulai pukul 07.00 WIB pagi hingga tutup pukul 21.00 WIB malam.
Tentunya ini sangat membantu pekerjaannya sebagai pelaku industri rumahan atau UMKM. Karena setiap hari dirinya mulai dari pagi hingga sore fokus memenuhi permintaan konsumen. Kebetulan konsep UMKM yang didirikan bersama suaminya, yaitu pre-order atau ketika ada permintaan (pesanan) kemudian baru dibuat, baik melalui online maupun pembeli langsung di rumah.
“Jadi dengan adanya JNE benar-benar membantu pekerjaan saya setiap harinya. Sehingga saya bisa fokus melayani pesanan dan terus produktif,” ujar Nunung pemilik Sanggul Nunung beralamat di Kampung Sine RT 02 RW 04 Kelurahan Sine Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.
Untuk produksi langganan yang dibuat oleh Sanggul Nunung yakni tersebar di beberapa wilayah seperti, Ponorogo, Nganjuk, Madiun, Bojonegoro dan Solo Raya. Sedangkan untuk luar Jawa, pesanan datang dari Kalimantan, Sumatra dan Pekan Baru.
Baca juga: Bupati Demak Dongkrak UMKM Tembus Pasar Internasional
“Biasanya kalau luar Jawa pembelinya lewat online melalui reseller sedangkan untuk di wilayah Jawa Timur kebanyakan komunitas sinden kebetulan suami saya pekerjaannya sebegai MC jadi sering ketemu sinden-sinden saat acara pernikahan dan lainnya,” ujarnya.
Produksi Puluhan Sanggul
Ditemui di rumahnya, kepada JatengNews.id, Kamis 27 Juni 2024, ibu dua anak ini mengatakan setiap hari bisa memproduksi puluhan sanggul berbagai jenis mulai dari jenis sanggul tradisional hingga sanggul modern.
“Kalau untuk produksi sanggul tradisional bikinnya cukup lama, mungkin sehari bisa 10 sampai 15 sanggul. Tetapi kalau jenis modern bisa memproduksi 50 biji hingga 100 biji sanggul,” ujar Nunung yang dibantu 4 karyawannya.
Untuk sanggul tradisional ada Jawa Sinden, Jawa Klasik, Jawa Tekuk, Jawa Manten. Sedangkan sanggul modern banyak jenisnya sesuai permintaan. Tapi yang paling ramai saat ini dipesan adalah Sanggul Niken Salindri karena viral di media sosial.
“Niken Salindri dikenal sebagai pesinden dan penyanyi dangdut asal Kediri Jawa Timur. Ia juga dikenal masyarakat sebagai Sinden Cilik. Sehingga Sanggul yang dipakainya saat ini banyak dicari masyarakat dan ditiru modelnya,” kata Nunung.
Baca juga: Gandeng Raffi Ahmad, Dico Ganinduto Siap Majukan UMKM Jawa Tengah
Hal serupa juga dialami oleh pemilik produksi Sanggul Sodri yang lokasi produksinya tidak jauh dari Sanggul Nunung atau masih satu alamat di Sine RT 02 RW 04 Keluragan Sine Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen
Siti Mahmudah (32) tahun putri dari Sodri atau pemilik Sanggul Sodri mengatakan, dalam sehari bisa membuat puluhan sanggul dari berbagai jenis. Terutama jenis modern yang konsepnya tidak sulit. Berbeda ketika jenis tradisional dibutuhkan keterampilan dan kesabaran.
“Kebetulan untuk pembuatan sanggul modern ada empat karyawan yang membantu memenuhi pesanan setiap harinya. Sedangkan untuk pesanan sanggul tradisional masih dibikin khusus oleh keluarga, terutama ibu karena dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran,” ujar Mahmudah saat ditemui JatengNews.id
Untuk harga sanggul sendiri sangat bervariasi. Jenis sanggul modern mulai dari harga paling murah Rp 4 ribu hingga Rp 50 ribu. Sedangkan untuk jenis sanggul tradisional Jawa mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 90 ribu.
“Tetapi setiap rumah produksi berbeda-beda tergantung konsumennya siapa. Sebab meski ada beberapa pelaku produksi sanggul di Sine, namun kita punya pasar sendiri-sendiri,” tambahnya.
Pemberdayaan Warga
Dikenal sebagai Kampung Produksi Sanggul, tentunya permintaan pasar terhadap sanggul di Sine cukup tinggi. Sehingga membuat para pemilik produksi sanggul mencari pekerja untuk membantu produksinya. Akhirnya tidak sedikit warga sekitar diajak membantu membuat produksi sanggul.
Hal itu yang juga diterapkan semua pelaku produksi sanggul di Sine baik Sanggul Nunung, Sanggul Sodri dan juga Sanggul Niken.
Baca juga: Milenial, Petani Durian, Hingga Pelaku UMKM Ikut Dorong Mbak Ita Maju Lagi di Pilwakot Semarang
Sumarni (45) tahun pemilik Sanggul Niken mengatakan, untuk pembuatan sanggul dari bahan sintesis yang di datangkan dari Purbalingga ini ada beberapa tahapan. Sehingga dibutuhkan para pekerja untuk membantu pembuatan sanggul.
Mulai dari penyisiran, pemilihan bahan, pembuatan cemara dilanjutkan pembuatan sanggul. Terakhir dilakukan pengeringan dan finishing diberi sedikit pewarna.
“Inilah yang kemudian kami ajak warga sekitar untuk membantu pekerjaan pembuatan sanggul demi memenuhi pesanan,” tambah Sumarni yang juga sudah puluhan tahun bergelut jualan sanggul kepada JatengNews.id.
Hal itu juga dirasakan oleh Nunung atau Owner Nunung Sanggul. Ia mengatakan, untuk membuat sanggul sendiri dibutuhkan beberapa tahapan. Sehingga pembuatan sanggul tidak bisa dikerjakan sendiri. Meskipun bisa waktunya juga sangat terbatas demi memenuhi kebutuhan konsumen setiap harinya.
“Sehingga saya mengajak saudara-saudara saya untuk membantu pembuatan sanggul. Seperti ibu saya membantu penyisiran bahan sementara kakak saya membantu dipemilihan bahan. Sedangkan untuk pembuatan akhir saya pegang sendiri demi menjaga kualitas produksi,” ujar Nunung pemilik produksi sanggul sejak tahun 2009 atau lebih dari 15 tahun tersebut.
Baca juga: Pemkab Kendal Lakukan Pemberdayaan Pelaku UMKM Melalui Batik
Ketua RW 04 Sine Kecamatan Sragen Tahun 2020-2023 Samidi (64) tahun membenarkan bahwa Sine dikenal sebagai Kampung Produksi Sanggul. Ini karena banyak warga Sine yang membuka usaha produksi sanggul dan kemudian mengajak warga sekitar bekerja membuat sanggul.
“Tercatat saat ini ada 5 rumah produksi sanggul dan setiap rumah produksi mempunyai karyawan yang masing-masing lebih dari 4 orang. Belum lagi ada yang dibawa pulang sebagai pekerjaan sambilan rumah tangga sebab kebanyakan yang bekerja adalah ibu-ibunya,” ujar Samidi.
Dikenal sebagai kampung produksi sanggul para pemilik rumah produksi sanggul yang produknya terjual di berbagai wilayah di Indonesia juga menjadi bagian dari binaan Pemerintah Kabupaten Sragen.
Seperti setiap kali ada pameran unggulan yang digelar di tingkat provinsi hingga nasional, Sanggul adalah salah satu UMKM unggulan di kota yang dijuluki sebagai Kota Asri yang wilayahnya berada di perbatasan Ngawi Jawa Timur ini.
“Jadi sanggul di Kampung Sine sering kami ajak pameran ke wilayah kota lain sebagai produk UMKM unggulan di Kota Sragen,” tambah Samidi seorang pensiunan ASN yang pernah bertugas di Disperindagkop Kabupaten Sragen sekitar tahun 2002.
Pengiriman Mudah
Kemajuan teknologi yang terus berkembang saat ini termasuk gaya hidup para konsumen saat membeli produk dengan cara online membuat jasa pengiriman bersaing dan terus memberikan kemudahan-kemudahan masyarakat.
Salah satu karyawan JNE Kota Sragen Nabila Khoirun Nisa (26) tahun kepada JatengNews.id mengatakan, untuk jam buka sendiri mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Sedangkan untuk setiap hari dibuka kecuali hari Minggu dibuka mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.
Baca juga: Jokowi Minta Pengusaha Fokus Bonus Demografi Untuk Capai Indonesia Emas 2045
Layanan ini diharapkan bisa memberi kemudahan masyarakat khususnya bagi mereka yang mempunyai kesibukan bekerja termasuk para pelaku UMKM yang ada di Sragen. Salah satu contohnya adalah UMKM produksi Sanggul yang ada di Sine yang kebetulan jaraknya juga tidak jauh dari Kota.
“Jadi saya sampai hafal mereka yang mengirimkan paket sanggul ke konsumen melalui kantor ini. Bahkan kalau pas pengiriman banyak kami ambil dengan mobil ekspedisi dengan hanya cara SMS atau WA ke kantor kami,” ujar perempuan yang sudah bekerja di Kantor Kantor JNE selama 6 tahun atau sejak tahun 2018.
Ia mengaku, dalam sehari bisa mencapai 1000 sampai 1500 paket terkumpul yang hanya ada di seluruh Kabupaten Sragen. “Jumlah ini termasuk dari agen-agen yang tersebar di wilayah Sragen yang terdiri dari Market Place, Ritel hingga Corporate,” tambah Nabila.
Hal itu yang juga dirasakan oleh Mahmudah yang kebetulan juga diberi tanggung jawab dalam hal pengiriman barang. Ia mengatakan, untuk layanan JNE sangat mudah, ketika pengiriman ada jumlah banyak bisa diambil di rumah.
“Karena sudah menjadi langganan dan sudah kenal ekpedisinya, jadi nanti tinggal WA dan kemudian beberapa jam diambil. Biasanya kalau WA sekitar jam 4 sore nanti sekitar jam 8 malam diambil dengan mengunakan mobil JNE,” ujar Mahmudah. (Shodiqin-01).