Jakarta, Jatengnews.id – Peneliti CISDI Beladenta Amalia saat mempresentasikan penelitian yang dilakukan pada 2023, menemukan mayoritas murid sekolah membeli rokok eceran saat pertama kali mengisap tembakau.
“Hasil studi kualitatif CISDI menemukan 7 dari 10 murid sekolah membeli rokok eceran, baik pada konsumsi di 30 hari terakhir maupun saat mencoba rokok untuk pertama kali,” ujar Beladenta dikutip dari Suara.com jaringan berita Jatengnews.id Rabu (22/05/2024).
Baca juga : Tekan Peredaran Rokok Ilegal Pemkab Demak Intensifkan Sosialisasi
Sangat mudahnya pelajar di bawah umur membeli rokok eceran di warung kelontong inilah, yang menurut Beladenta, memunculkan berbagai perokok anak setiap tahunnya. Tak main-main, survei 2019 menunjukan, satu batang rokok bisa dibeli dengan hanya merogoh kocek Rp1000 saja.
Harga yang sangat murah inilah yang akhirnya sangat mudah dibeli pelajar, karena mereka hanya perlu mengandalkan uang saku yang didapatkannya dari orang tua setiap harinya.
“Hampir 85 persen dari pedagang dan toko kecil di Indonesia mengaku menjual rokok eceran,” jelas Beladenta.
Mirisnya, kondisi ini diperparah dengan temuan data Survei Kesehatan Nasional 2023 yang menyebutkan bahwa 56,5 persen atau mayoritas orang Indonesia mulai merokok dengan rentang usia 15 hingga 19 tahun.
“Bahkan rentang usia terbanyak selanjutnya yaitu 10 hingga 14 tahun. Tak main-main, 18,4 persen perokok Indonesia memulai di usia ini (10-14 tahun),” kata Beladenta lagi.
Selanjutnya, Beladenta menjelaskan pembelian rokok eceran ini sangat berhubungan dengan ketergantungan siswa terhadap nikotin pada rokok, khususnya jika perokok pemula melakukan pembelian rokok eceran dalam 30 hari terakhir.
Apalagi pola seorang anak hingga akhirnya menjadi pecandu rokok yaitu dimulai dari persiapan, percobaan awal merokok, eksperimen, konsumsi rutin rokok lalu menjadi kecanduan nikotin pada rokok.
Baca juga : Bahaya Remaja Perempuan Jangan Hamil Kalau Masih Merokok dan Minum Alkohol
“Tidak ada konsumsi rokok yang aman, walau sesekali dan sedikit. Remaja dengan pola merokok ini memiliki risiko lebih tinggi untuk menjadi perokok rutin dalam waktu dekat,” pungkas Beladenta. (03)