Karanganyar, Jatengnews.id – Menjelang perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Karanganyar yang akan berlangsung pada anggal 27 November 2024 nanti, sejumlah partai politik mulai melakukan manuver.
Manuver yang dilakukan memantik polemik di tengah masyarakat. Seperti yang dilakukan oleh Partai Golkar Karanganyar. Meskipun memiliki jumlah 9 kursi dan dapat mengusung sendiri pasangan calon bupati (Cabup) dan wakil bupati dalam perebutan orang nomor satu di Karanganyar, justeru mendaftar ke partai menengah yang meraih 5 kursi.
Baca juga: Hadiri Halal Bihalal Pepabri, Nana Sudjana Ajak Purnawirawan Sukseskan Pilkada 2024
Partai Golkar Karanganyar yang mengusung Iyas Akbar Almadani sebagai Cabup, juga mendaftar ke Partai Demokrat dan PKB.
Dihubungi melalui sambungan telepon selularnya, Rabu (15/5/2024), Dosen Ilmu Politik UNS, Prof. Adi Sulistiyono mengatakan, hal ini merupakan strategi politik Golkar dalam rangka menghegemoni partai lain untuk mendapatkan justifikasi dan penguatan dari partai lain untuk ikut terlibat.
“Dalam teori, mereka (Partai Golkar, red) melakukan hegemoni secara soft. Lebih dipandang sebagai kecerdasan politik Golkar untuk masuk dan diakui juga sebagai calon bupati oleh partai lain. Dengan kata lain ,partai lain cukup sebagai wakil saja,”jelasnya.
Dengan merangkul Partai Demokrat yang sebelumnya juga tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) saat Pilpres lalu, Prof Adi melihat, sangat dimungkinkan akan kembali berkoalisi saat Pilkada nanti.
“Bisa jadi akan melanjutkan koalisi. Tergantung potensi kemenangan.Tapi dalam pikiran politik, situasi saat Pilpres bisa berubah saat Pilkada di daerah. Tergantung kondisi di lapangan,”terangnya.
Prof. Adi menuturkan, pada saat Pilkada tahun 2018, Partai Golkar berkoalisi dengan PDI Perjuangan. Golkar memilih PDI Perjuangan karena potensi kemenangan cukup besar. Dalam Pilkada 2018 lalu, Akhirnya dimenangkan pasangan yang diusung Partai Golkar dan PDI Perjuangan.
Dikatakannya, pada saat menjelang kontestasi Pilkada mendatang, Partai Golkar tidak ingin tergantung kepada PDI Perjuangan.
“Partai Golkar ingin me unjkkam akan beralih ke partai lain. Golkar tidak tergantung PDI Perjuangan. Dan akan merebut semua partai untuk melawan PDI Perjuangan,”tegasnya.
Dengan kondisi dan situasi politik menjelang Pilkada saat ini, merupakan tantangan bagi PDI Perjuangan. Partai berlambang banteng dalam lingkaran ini, juga sudah melakukan perubahan. Terutama dalam menjaring para cabup dan cawabup. PDI Perjuangan kata Prof Adi harus merubah pola lama yang hanya memutuskan kader sendiri untuk bertarung dalam Pilkada.
Baca juga : Pasangan Cabup Jalur Perseorangan Ramaikan Pilkada Sukoharjo
Ditambahkan Prof Adi, PDI Perjuangan jangan terbelenggu dengan pola lama dan harus melirik tokoh-tokoh yang membumi serta memiliki visi ke depan yang jauh lebih baik.
“Kalau tetap bertahan dengan pola lama dan bernostalgia dengan masa lalu, maka tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. PDI Perjuangan harus mencari figur yang betul-betul berpihsk kepada rakyat. Jika tidak, maka akan digilas oleh partai lain,”pungkasnya. (Iwan-02)