Semarang, JatengNews.id – Proses percepatan pelayanan kesehatan melalui digitalisasi menjadi fokus Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Hisfarsi).
Fokus pelayanan kesehatan digitalisasi itu dimunculkan Hisfarsi melalui gelaran Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) dan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) 2024 yang berlangsung di Kota Semarang.
Kegiatan Hisfarsi yang digelar mulai 8 Mei 2024 hingga 10 Mei 2024 diikuti lebih dari 2.300 peserta dari seluruh Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua.
Baca juga: Mbak Ita Sidak Pelayanan Kesehatan di RSWN Ini Temuannya
Ketua Panitia Heru Dwi Purnomo mengatakan, kenapa digitalisasi kesehatan ini penting karena, digitalisasi kesehatan merupakan salah satu issue di dalam bidang kesehatan yang bertujuan untuk memaksimalkan, menyederhanakan dan mempermudah akses pelayanan kesehatan.
Digitalisasi kesehatan juga selaras dengan apa yang menjadi tujuan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan. Sehingga dalam gelara PIT dan Mukernas 2024 ini mengambil tema “Hospital Pharmacy Practice Transformation through Digitalization, Specialization, and Interprofessional Collaboration” .
“Seperti diketahui bersama salah satu contoh digitalisasi pelayanan kesehatan adalah Platform SatuSehat yang diluncurkan oleh Kemenkes,” ujar Heru dalam sambutannya.
Dia menambahlan. digitalisasi dan pemberlakuan UU no 17 Tahun 2023 tentang kesehatan merupakan tantangan yang harus segera disiapkan oleh Hisfars.
“Sehingga pada akhirnya Transformasi pelayanan kefarmasian dengan digitaliasai dan spesiaalisasi layanan apoteker tentunya menuntut kolaborasi interprofesional dengan tenaga medis maupun tenaga kesehatan lainnya,” jelasnya.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yunita Dyah Suminar menyambut positif tema yang diusung kali ini. Menurutnya, tiga hal yang disampaikan dalam tema kali ini. Pertama digitalisasi, spesialisasi dan Kolaborasi Interprofesional.
“Jadi selama ini kalau saya melihat apoteker itu selalu bekerja dengan profesi lain. Khususnya di rumah sakit, maka yang utama adalah berkomunikasi dengan tenaga medis, dalam hal ini melalui digitalisasi. Jadi komunikasinya dengan sistem yang ada disela selain komunikasi secara langsung,” ujar Yunita.
Baca juga: Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Temukan Beberapa Sampel Makanan Mengandung Bahan Berbahaya
Sehingga, tegas Yunita ketika ada pasien kemudian mendapatkan terapi dari dokter, farmasi itu bisa memberikan saran atau bisa memberikan masukan kepada dokter untuk bisa memberikan terapi kepada pasien. Fungsinya seperti itu.
“Kenapa harus digital, maka kalau berbicara digital tentunya akan lebih cepat proses pelayanan,” tegasnya. (01)