Jakarta, Jatengnews.id – dokter Spesialis Urologi RS Pondok Indah Bintaro Jaya dr. Ima Nastiti Setyaningsih, Sp.U menjelaskan sering menahan buang air kecil atau malas minum air putih berisiko sebabkan penyakit infeksi saluran kemih. Penyakit tersebut juga lebih berisiko mengenai pada perempuan.
“Infeksi Saluran Kemih atau ISK terjadi ketika ada bakteri yang masuk ke dalam traktus urinarius melalui uretra dan berkembang biak di dalam kandung kemih. Meskipun sistem berkemih telah didesain untuk menghambat masuknya bakteri, kadang-kadang mekanisme pertahanan tersebut gagal. Hal ini dapat terjadi pada saat kondisi tubuh Anda sedang tidak fit. Akibatnya, terjadi infeksi di dalam saluran kemih,” katanya dikutip dari Suara.com jaringan berita Jatengnews.id, Jumat (05/04/2024).
Baca juga : Orang Dengan Kondisi Penyakit Jantung Akut Tak Boleh Boleh Puasa Ini Penjelasan Dokter
Dokter Ima menjelaskan, perempuan lebih rentan alami ISK karena beberapa faktor. Yakni, secara anatomi perempuan memiliki uretra yang lebih pendek daripada pria. Sehingga membuat jarak yang ditempuh bakteri untuk mencapai kandung kemih lebih pendek. Kemudian, perempuan yang lebih aktif melakukan hubungan seksual juga cenderung untuk mengalami ISK.
“Penggunaan alat kontrasepsi tertentu, misalnya diafragma dan bahan spermisida juga meningkatkan kemungkinan terjadinya ISK. Kemudian menopause, penurunan hormon estrogen menyebabkan perubahan di saluran kemih sehingga rentan terhadap terjadinya infeksi,” kata dokter Ima.
Bila seseorang telah terlanjut terkena ISK, dapat muncul keluhan-keluhan berupa desakan untuk berkemih, nyeri saat berkemih, sering berkemih, urine keruh, kemerahan, atau berbau, hingga nyeri panggul.
Apabila telah mengalami gejala-gejala tersebut, dokter Ima menganjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter, khususnya dokter spesialis bedah urologi. Selanjutnya, ia akan menjalani pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis.
Dokter Ima mengingatkan, jangan langsung membeli obat ke apotik bila belum ada diagnosis dokter terkait penyakit yang diidap.
“Di era yang serba mudah seperti sekarang ini, tidak sedikit masyarakat yang datang ke apotek langsung jika mengalami suatu keluhan penyakit. Tidak jarang pihak apotek memberikan obat-obatan bahkan jenis antibiotika untuk mengatasi keluhan tersebut. Perilaku seperti ini dapat membahayakan dan dapat menyebabkan terjadinya resistensi obat-obatan antibiotika,” pesannya.
Baca juga : Buka Puasa dengan Makanan Manis Baik Untuk Kesehatan, Dokter Jelaskan Faktanya
Menurut data National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse (NKUDIC) 2018, ISK termasuk infeksi kedua terbanyak yang dialami masyarakat Indonesia, setelah infeksi saluran pernapasan. Jumlahnya mencapai 8,3 juta per tahun. (03)