Beranda Khasanah Masjid Sekayu dan Jejak Penyebaran Agama Islam di Semarang

Masjid Sekayu dan Jejak Penyebaran Agama Islam di Semarang

Masjid Sekayu Semarang. (Foto Pemprov Jateng)

Semarang, Jatengnews.id – Masjid Sekayu yang terletak di tengah pemukiman Kampung Sekayu RT 05 RW 01 Semarang Tengah, Kota Semarang, menjadi jejak sejarah penting bagi peradaban Islam di nusantara.

Bagaimana tidak, masjid yang dibangun sekitar tahun 1413 itu dulunya adalah tempat pengumpulan kayu, yang dijadikan bahan bangunan Masjid Agung Demak. Saat itu, Demak baru dipimpin oleh Raden Fatah sebagai kerajaan Islam terbesar.

Baca juga : Masjid Zayed Solo Siapkan Ribuan Kotak Nasi Buka Puasa

Dewan Ketakmiran Masjid Sekayu, Achmad Arief menceritakan, tokoh penting dibalik Masjid Sekayu adalah ulama bernama Kiai Kamal, seorang murid dari Sunan Gunung Jati.

“Tokohnya Mbah Kiai Kamal, murid dari Sunan Gunung Jati di Cirebon,” ujarnya dikutip dari laman resmi Pemprov Jateng, Kamis (14/03/2024).

Ditambahkan, saat itu Kiai Kamal membuat pemukiman sekaligus dibuat tempat ibadah. Oleh Sunan Gunung Jati, Kiai Kamal diperintahkan untuk mengumpulkan kayu yang rencananya akan digunakan untuk membuat Masjid Agung Demak.

“Masjid Sekayu dulunya adalah tempat pengumpulan kayu yang dinamakan pekayuan, yang direncanakan untuk pembangunan masjid di Demak. Kemudian menjadi Sekayu,” ungkapnya.

Arief menambahkan, kayu-kayu yang dikumpulkan tersebut datang dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Seperti Kedungjati, Ungaran, Ambarawa, Purwodadi, dan Kendal.

“Kayu itu kemudian dikirim ke Demak oleh para santri lewat laut, menuju Morodemak di Demak. Itu caranya didorong pakai gethek,” imbuhnya.

Hingga saat ini, terang Arief, Masjid Sekayu sudah mengalami beberapa kali pemugaran. Namun masih ada ornamen yang asli, seperti empat tiang masjid dan mustaka (kubah).

“Tiangnya masih asli tapi dibungkus kayu lagi. Ada juga mustaka (kubah) yang di atas masjid,” paparnya.

Umur Masjid Sekayu yang terbilang tua dan menyimpan sejarah, kerapkali membuat tempat itu didatangi para peneliti, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.

Baca juga : Kopi Arab Jadi Tradisi Menu Buka Puasa Sejak Ratusan Tahun di Masjid Layur Semarang

“Ada yang datang ke sini bikin film dan penelitian. Ya ada yang dari Jepang, India, dan sebagainya,” tandas Arief. (03)

Exit mobile version