Kehadiran Rest Area memberi ruang bagi pelaku usaha kecil. Mereka dituntun dengan bantuan modal serta promosi penjualan, ketika sudah mampu secara mandiri, mereka diberi kesempatan untuk mengelola usahanya sendiri. Terbukti, puluhan pelaku UMKM di Rest Area KM 429 A jalur tol Semarang- Solo merasakan manisnya hidup dari hasil kegiatan usaha produk lokal yang mereka jalankan.
Dahi Paino dipenuhi dengan keringat. Keringatnya terlihat jelas di kerutan dahi. Nampak, suhu tubuhnya naik, seusai membuka tutup panci bakso dari gerobak joglo miliknya yang terpasang di pelataran Rest Area Km 429 A di jalur Tol Semarang- Solo.
Apalagi pengunjung berbondong-bondong menghampiri hendak menikmati bakso dan wedang ronde klasik buatannya. Meski demikian, tak menyurutkan semangat, justru semakin tambah bersemangat melayani pengunjung pejalan tol yang hendak menghilangkan lapar dan dahaga.
“Kalau lagi weekend, pengunjung yang beristirahat di Rest Area ramai sekali, kadang sampai kewalahan. Padahal, sudah dibantu tiga karyawan,” tutur pria kelahiran Solo.
Baca juga: Sebanyak 600 Pelari Wanita Ramaikan Semarang Sisterhood 2024
Meskipun kewalahan, tak membuat kelelahan. Bagi Paino, lebih baik bekerja keras berkeringat, daripada harus menganggur karena tak ada yang dikerjakan. Berkeringat menjadikan semangat untuk menggayuh manisnya hidup.
“Justru tambah semangat. Justru pinginnya jualan bakso dan wedang ronde ramai setiap hari,” ucap pria yang ramah ini.
Keberadaan Rest Area memberi kegembiraan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah. Hampir semua pelaku usaha kecil di Rest Area berlatar belakang dari ekonomi yang kurang berkecukupan.
Latar mereka merupakan pekerja serabutan, pabrik, tukang pijet serta buruh bangunan. Tak sedikit pula, yang memang sudah mengawali usaha berjualan produk lokal.
“Awalnya berjualan bakso dan ronde keliling. Hidupnya tak tentu, karena bisanya hanya berjualan keliling. Modal yang sangat terbatas, sehingga bisanya hanya berjualan keliling,” tambah Paino mengenang masa lalunya.
Sebelum berjualan di Rest Area, Paino mengaku, pernah merantau di Kalimantan. Merantau ke Tanjung Selor Kalimantan Utara. Bekerja serabutan, menjadi kuli bangunan serta berjuang menghidupi keluarganya menjadi tukang pijet. Lalu, berjuang menguras keringat dengan berjualan bakso keliling.
“Semua pekerjaan berat dan susah sudah saya lakukan,” jelasnya.
Bagi Paino, mendapat tempat berjualan di Rest Area untuk pelaku UMKM sangatlah membantu usaha kecil. Sebab, sudah disediakan fasilitas berjualan dan pelanggan sudah pasti. “Kalau sudah diberikan fasilitas seperti ini, kami sangat senang, sudah punya kegiatan usaha mandiri dengan konsumen yang sudah pasti,” tuturnya.
Awal mula berjualan di Rest Area Km 429 A melalui informasi dari temannya. Semasa di Kalimantan pernah memiliki teman yang sekarang sudah sukses berjualan di Rest Area.
“Pada tahun 2020 ada kabar dari teman jika ada pembukaan Rest Area di jalan Tol Semarang- Solo, lalu mendaftarkan diri di Rest Area dan sampai sekarang masih berjalan,” tuturnya.
Menuntun Usaha Kecil
Empat tahun yang lalu, mengawali usaha di Rest Area Km 429 A dibantu dari pihak pengelola Rest Area. Keterbatasn modal pada saat itu, membuat Paino mendapat modal dengan cara dibelanjakan bahan baku yang akan di jual di Rest Area.
“Awalnya kami dituntun dengan dibelanjakan dari pengelola, lalu setelah usaha kecil kami berjalan lancar kami diberikan keleluasaan untuk berjualan secara mandiri,” jelasnya.
Berjalannya waktu, usaha bakso dan wedang ronde yang ditekuninya membuahkan hasil. Hasilnya, setelah berjualan di Rest Area, ekonomi keluarganya terangkat.
Baca juga: Pemkot Semarang Minta Warga Jadikan Ramadhan Momen Perkuat Toleransi Warga
“Manisnya hidup bisa kami rasakan. Sekarang sudah bisa untuk membeli rumah, menyekolahkan anak. Padahal dulu tidak punya rumah sama sekali, kendaraan juga sekarang sudah ada,” tututrya.
Peran Rest Area tak hanya menyedian lapak untuk berjualan. Rest Area juga menuntun para pelaku usaha.
“Sejak awal berjualan ronde dan bakso, barang kebutuhan untuk pembuatan bakso dan ronde di belanjakan kantor. Sebab, modal awal untuk usaha sangat terbatas,” jelasnya.
Pahit manisnya kehidupan tak hanya dijalani Paino, salah satunya juga dialami oleh Ova Penjual Angkringan di kompleks Rest Area KM 429 A, Ova merasa keberadaan rest area dengan memberikan ruang kepada pelaku UMKM sangat bermanfaat. Ekonomi masyarakat lokal terangkat dengan hadirnya Rest Area.
“Awalnya saya itu bekerja di pabrik roti, karena ada informasi pembukaan Rest Area terus mendaftarkan diri, dan alhamdulillah bisa berjalan sampai sekarang,” tuturnya.
Kehadiran Rest Area tak hanya mengedepankan sharing hasil saja. Namun, komitmen untuk memberdayaakan UMKM juga sangat tinggi. Karenanya, banyak pelaku UMKM di Rest Area yang menikmati manis dari hasil berjualan produk lokal.
“Setelah diberikan tempat berjualan di Rest Area, Kami bisa merasakan manisnya hidup. Sebelumnya, kami merasakan betapa pahitnya kehidupan ketika menjadi pekerja pabrik,” tambahnya.
Meskipun usaha kecil yang digelutinya. Namun, membuat Ova merasa mandiri. Tak terikat dengan perusahaan, untungnya juga bisa digunakan untuk kebutuhan sehari –hari.
“Lebih memilih bejualan angkringan di Rest Area. Karena, dulu ketika di pabrik roti, berangkat pagi pulang sore. Hasinya, hanya untuk kebutuhan sehari hari. Sekarang bisa menikati hasil yang cukup baik, hasil jualan di Rest Area,” ucapnya.
Manager Rest Area 429 A Tol Semarang – Solo Adi Purwanto membenarkan, Tempat Istirahat dan Pelayanan (TIP) KM 429 A yang berada di jalur tol Semarang Solo memberikan akses untuk UMKM. Pelaku UMKM diberikan ruang untuk berjualan di Rest Area KM 429 A.
“Mereka pelaku UMKM diberdayakan, dengan diberikan tempat berjualan, dan ketika kesulitan modal usaha, maka di fasilitasi modal dengan dibelanjakan bahan makanan untuk kemudian diolah dan dipasarkan,” ungkapnya.
Apabila dalam perjalanannya sudah mampu secara mandiri. Para pelaku akan diberikan keleluasaaan untuk berjualan sendiri dengan modalnya sendiri. Kemudian, untuk lokasi jualan, mereka akan memberikan sharing keuntungan hasil berjualan. “Sebatas sharing hasil keuntungan dalam berjualan di Rest Area,” tuturnya.
Menurut Adi Purwanto, keterlibatan pelaku UMKM juga sebagai sarana mempromosikan produk dan kuliner lokal. Sehingga, bisa memberikan manfaat ekonomi yang nyata bagi masyarakat lokal, melalui penyediaan kios-kios di Rest Area.
“Setidaknya memberi dampak positif untuk masyarakat lokal, ekonominya mereka terangkat hasil jualan produk lokal,” jelasnya.
Tanam Pohon
Rest Area tak hanya menuntun pelaku usaha kecil. Mereka juga diarahkan untuk peduli terhadap lingkungan sekitar Rest Area. Diantaranya, para pelaku usaha kecil dihimbau untuk menanam pohon. Penanaman itu wujud kepedulian lingkungan Rest Area untuk menjaga dari kelestarian alam.
“Setiap bulan sekali, para pelaku usaha berkumpul menanam pohon. Tanaman itu sumbangan dari para pelaku usaha kecil di Rest Area,” jelasnya.
Gerakan menanam pohon di Rest Area ini merupakan wujud upaya keberlanjutan untuk menjaga kenyamanan pengunjung. Harapannya, semakin banyak tanaman pohon, maka ke depannya agar semakin sejuk dan rindang.
“Ketika banyak pepohonan, maka akan memberikan kenyamanan kepada pengguna jalan tol yang beristirahat di sekitar Rest Area. Pengunjung akan merasa nyaman ketika berteduh beristirahat menghilangkan lelah,” tuturnya.
Targetnya Rest Area akan dipenuhi dengan pepohonan. Untuk menyerap karbon, sehingga pantulan matahari akan terhalangi oleh pepohonan. Sehingga, Rest Area akan semakin sejuk, kenyamanan pengunjung akan terjaga.
“Gerakan penanaman pohon di sekitar Rest Area akan selalu dilakukan. Supaya wilayah sekitar Rest Area akan semakin indah dan sejuk,” jelasnya.
Peduli Sampah
Kepadatan kendaraan berdampak pada jumlah pengunjung yang membludak. Membludaknya pengunjung, tentunya menjadi perhatian para pengelola dan pelaku usaha untuk selalu menjaga kebersihan.
“Kebersihan Rest Area kami jaga, tujuannya agar pengunjung tidak merasa risih, sehingga mereka merasa betah,” tuturnya.
Kebersihan biasa dlihat dari jumlah sampah yang ada, namun upaya untuk membersihkan sampah dilakukan dengan cara gerakan membersihkan sampah sehabis berjualan. Artinya, setiap pelaku usaha di wilayah Rest Area selalu di tuntut untuk menjaga kebersihan dengan cara peduli sampah.
“Semua pelaku usaha punya kewajiban untuk membersihkan sampah di kompleks area berdagang mereka. Supaya tempat berjualannya selalu bersih. Sehingga, nayaman ketika ada pengunjung yang hendak menikmati makanan di sekitar Rest Area,” jelasnya.
Baca juga: Pemkot Semarang Minta Warga Jadikan Ramadhan Momen Perkuat Toleransi Warga
Upaya Rest Area untuk mengurangi sampah, juga dilakukan dengan cara megurangi penggunaan plastik secara berlebihan. Artinya, pelaku usaha diharapkan untuk tidak terlalu menggunakan plastik, lebih menekankan penggunaan bahan lokal.
“Upaya penanganan sampah dilakukan terus menerus. Supaya Rest Area terjaga dari sampah yang ada,” jelasnya.
Setidaknya keberadaan Rest Area mampu menuntun pelaku usaha kecil untuk merasakan manisnya hidup. Mereka diberdayakan dengan diberikan fasilitas tempat berjualan, promosi penjualan, serta modal untuk mengelola usaha kecilnya. Hasil keuntungan, bisa mereka gunakan untuk membangun rumah, menyekolahkan anak serta menambah kegiatan usaha lainnya. (Jamil-01)